Kampoeng Nahdlatul Ulama Di Serang Barat

JABARNEWS | SERANG – Di Kampung Sumur RT 009/RW 002, Desa Winong, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Banten, sebuah kawasan bernama “Kampoeng Nahdlatul Ulama” berdiri. Sebuah kampung kecil di pelosok Serang bagian barat.

Awalnya, berdirinya kampung ini adalah atas gagasan inisiatif dari sosok Andis Kurniawan, Ketua PAC Ansor Kecamatan Mancak. Kemudian, gagasan ini mendapat respon dan dukungan positif oleh Sahabat Ansor dan Banser di kecamatan tersebut.

“Perlu diketahui bahwa Banser baru ada sejak saya ikut DTD. Istilah Banser sangatlah asing di sini, pakaiannya yang loreng khas Banser juga terlihat asing,” ungkapnya, melalui pesan WA pada Minggu, (01/4/2018).

Pihaknya bersyukur karena setelah kurang lebih 1 tahun berjalan, sudah dua kali mengirim para pemuda untuk bergabung menjadi Banser.

“Sekitar 25 Banser (yang sudah ada) sekarang”, jelasnya.

Gagasan “Kampoeng Nahdlatul Ulama” muncul  setelah Andis melihat, mayoritas warga kampungnya yang beramaliyah 100% Aswaja An-Nahdliyyah, namun ketika ditanya “Apa itu NU ?” mereka masih kebingungan.

Baca Juga:  Pendaftar Perempuan Pengawas Pemilu di Cianjur Lebihi Kuota 30 Persen

“Berawal dari keprihatinan saya terhadap warga di lingkungan saya yang beramaliyah Aswaja An-Nahdliyah, akan tetapi tidak mengerti apa itu ‘Nahdlatul Ulama’. Di kampung saya ini, awal mulanya jarang dan bahkan sulit sekali menemukan bendera NU dan Banomnya, akan tetapi lebih mudah untuk menemukan bendera-bendera partai,” ungkap Andis.

Sejak saat itulah, Andis menemui Ahmad Nuri, dari PW GP Ansor Banten dan bercerita mengenai keluh kesah yang terjadi di kampungnya. Tak lama setelah itu, dia mengikuti kegiatan DTD bersama 12 orang lainnya di Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang.

Kepedulian Andis terhadap ghiroh Nahdlatul Ulama di kampungnya yang mulai vakum, tak berhenti di situ. Dia dan rekannya, Athoulloh, designer kaligrafi pada tulisan gapura Kampung NU, terus melangkahkan kakinya dan memantapkan jiwanya untuk memperkenalkan dan membumikan kembali nama NU di kampung tercinta.

Baca Juga:  Info Loker Karawang Mei 2023, Perusahaan Ini Butuh 60 Pegawai, Cek Syarat Daftarnya Disini

“Kami memperkenalkan NU di sini, berjuang dari gardu ke gardu, dari warung satu menuju warung lain untuk mengajak anak-anak muda supaya mau bergabung kepada Nahdlatul Ulama. Tak hanya itu, kami membentuk wadah pengajian bernama Majelis Al-Khoirot,” ujarnya.

“Wadah inilah yang menjadi sarana dalam memperkenalkan dan menyebarkan benih-benih Nahdlatul Ulama kepada generasi-generasi kami yang masih awam mengenai NU secara struktural, supaya tidak terkontaminasi oleh gerakan-gerakan lain yang bersifat ‘radikal’ seperti yang belakangan ini marak di Indonesia, yakni Hisbut Tahrir (HTI),” tambah Andis.

Masih kata Andis, seiring berjalannya waktu, gagasan Andis mulai diterima dan diapresiasi oleh masyarakat kampungnya sebab kehadirannya menitikberatkan pada manfaat untuk ummat.

Disebutkannya, terakhir 4 orang anggota mengikuti PKPNU Angkatan 1 di Kabupaten Serang.

“Kami ingin menunjukan bahwa di kampung kami, NU itu ada. Bukan hanya sekedar mitos belaka. Kami ingin nantinya generasi kami bergabung dengan kami, berjuang melalui NU supaya tidak mudah diombang-ambing pemikiran lain yang menyalahi kodrat NU. Saatnya kita mengibarkan bendera NU setinggi-tingginya, merasa cinta dan bangga kepada NU,” terangnya.

Baca Juga:  Refleksi Reformasi 98, Politik Identitas Ganggu Persatuan Bangsa Indonesia

“Untuk mewujudkan hal ini, kami perlu panggung. Akhirnya munculah ide merayakan Harlah NU yang mirisnya seumur-umur baru pertama kali terselenggara di kampung kami. Bertepatan dengan bulan Rojab ini, kami (PAC Ansor Kecamatan Mancak) kerjasama dengan masyarakat menyelenggarakan kegiatan peringatan “Isro’ mi’raj”, di halaman mushola Al-Hidayah, Winong. Acara akan dihadiri oleh Guru Mulia Abuya Muhtadi Dimyathi, Cidahu-Pandeglang, Banten, pada 8 April 2018,” ujarnya.

Anis berharap, setelah setelah terselenggaranya acara Harlah NU nanti, orang dengan bangga, gagah dan berani mengatakan “Saya NU, Saya bangga jadi warga NU”. Karena NU adalah kita, dan kita adalah NU. Salam, NU selalu di hati! (Vinanda Febriani/Des)

Jabarnews | Berita Jawa Barat