Kepada para pasien yang menunggu giliran operasi katarak, Gus Ipul pun berpesan tak perlu khawatir karena ditangani para ahli. “Operasinya berjalan selama 10-15 menit dan tidak sakit. Dokternya semua profesional dari dokter rumah sakit dan Perdami,” katanya.
Gus Ipul menuturkan, bakti sosial operasi katarak sejatinya sudah dilakukan secara berkala setiap tahun. Dia pun berharap kegiatan serupa bisa diduplikasi di tempat lain. Sebab, pengentasan buta katarak yang menjadi target pemerintah masih membutuhkan atensi lebih. Hal itu mengingat, dari target 600 ribu penderita katarak di Indonesia, baru 140 ribu orang yang telah ditangani.
“Nah ini memang masih perlu lebih banyak lagi yang terlibat. Di samping biaya tapi juga ada soal tenaga dari dokternya yang juga masih terbatas. Namun demikian kita akan terus berusaha ke depan ini supaya operasi katarak bisa menjangkau lebih banyak lagi masyarakat,” kata Gus Ipul.
Ujang Abdul Rohim (50), salah satu peserta operasi asal desa Cikasungka, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, dalam kesehariannya bekerja sebagai penjual sapu keliling kampung.
Dia mengidap katarak di kedua matanya sejak 5 tahun lalu dan sejak itu terganggu penglihatannya. Mata kanannya mengalami katarak derajat berat sehingga tidak dapat melihat sama sekali. Sementara mata kirinya mengalami katarak derajat ringan yang membuat penglihatannya samar dan hanya bisa melihat dari dekat.