Daerah

Menkomdigi Meutya Hafid: PWI Harus Rangkul Hendry Ch. Bangun Agar Rekonsiliasi Benar-Benar Terwujud

×

Menkomdigi Meutya Hafid: PWI Harus Rangkul Hendry Ch. Bangun Agar Rekonsiliasi Benar-Benar Terwujud

Sebarkan artikel ini
Menkomdigi Meutya Hafid saat menerima pengurus baru PWI hasil Kongres Persatuan 2025.

 

JABARNEWS | BANDUNG – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan pentingnya rekonsiliasi penuh di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Ia mendorong kepengurusan baru hasil Kongres Persatuan untuk merangkul Hendry Ch. Bangun demi memastikan persatuan yang kokoh. Di sisi lain, ia menyambut baik terselenggaranya kongres yang berlangsung lancar dan demokratis, yang menandai berakhirnya dualisme kepengurusan selama hampir dua tahun terakhir.

Kongres Persatuan Jadi Titik Balik

Kongres Persatuan PWI yang digelar di Cikarang, Bekasi, pada 29–30 Agustus 2025, menjadi titik balik yang menentukan bagi masa depan organisasi. Selama hampir dua tahun, PWI terbelah akibat dualisme kepengurusan antara hasil Kongres Bandung 2023 dan Kongres Luar Biasa Jakarta 2024. Perpecahan itu tidak hanya memicu perdebatan internal, tetapi juga menimbulkan keraguan publik terhadap soliditas PWI sebagai organisasi profesi wartawan terbesar di Indonesia.

Baca Juga:  PWI Jabar Desak Kongres Percepatan untuk Akhiri Dualisme Kepengurusan

Namun, berkat dukungan penuh Kementerian Komunikasi dan Digital serta keterlibatan tokoh pers senior Dahlan Dahi, kedua kubu akhirnya bersepakat untuk menyelenggarakan Kongres Persatuan. Hasilnya, kongres berlangsung demokratis dan melahirkan kepemimpinan baru yang diharapkan mampu mengakhiri polemik panjang.

Harapan Rekonsiliasi Total

Dalam pertemuan resmi dengan Ketua Umum PWI terpilih Akhmad Munir dan Ketua Dewan Kehormatan (DK) terpilih Atal S. Depari, Menkomdigi menegaskan rekonsiliasi tidak boleh berhenti pada tataran simbolis. Ia mendorong agar kepengurusan baru merangkul semua pihak, termasuk kubu Hendry Ch. Bangun.

“Masukkan Pak Hendry (Ch. Bangun). Agar benar-benar rekonsiliasi dan bersatu kembali,” pesan Meutya Hafid.

Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan bahwa pemerintah berharap PWI segera kembali fokus menjalankan perannya sebagai pengawal jurnalisme Indonesia yang profesional dan berintegritas. Menkomdigi juga menilai lancarnya kongres merupakan sinyal positif bagi terciptanya konsolidasi menyeluruh di tubuh organisasi.

Baca Juga:  IKWI Kabupaten Bandung Periode 2022-2024, Dilantik

AHU dan Rencana Pelantikan di Solo

Rabu, 3 September 2025, Munir menegaskan komitmennya untuk mengakomodir kepengurusan PWI hasil Kongres Bandung. Ia menyatakan bahwa nama Hendry Ch. Bangun telah dimasukkan dalam rancangan kepengurusan baru yang tengah disusun oleh tim formatur.

“Formatur saat ini berusaha secepatnya menyelesaikan susunan personil kepengurusan PWI yang baru untuk segera mengurus mendapatkan AHU dari Kemenkum,” ungkap Munir.

Lebih lanjut, ia menyampaikan rencana pelantikan pengurus baru PWI akan digelar di Museum Pers Nasional, Solo, pada akhir September mendatang. Pemilihan lokasi bersejarah itu diharapkan mampu mempertegas semangat kebersamaan sekaligus menghidupkan kembali komitmen terhadap marwah pers nasional.

Baca Juga:  Di Hari Pers Nasional, Bupati Indramayu Siap Menari Topeng Kelana Gandrung

Kolaborasi Menjaga Marwah Jurnalisme

Selain menekankan rekonsiliasi, Menkomdigi menyatakan kesiapannya untuk berkolaborasi dengan PWI. Ia menilai tantangan jurnalisme di era digital semakin kompleks, khususnya menghadapi derasnya arus informasi yang tidak selalu terjamin kebenarannya.

“Kami tentu senang mendapat kabar Kongres Persatuan PWI berjalan lancar dan demokratis. Semoga PWI betul-betul bersatu lagi dan kembali fokus untuk turut mengawal jurnalisme Indonesia yang profesional dan berkualitas,” ujar Meutya.

Dengan demikian, kehadiran kepengurusan baru PWI tidak hanya menjadi jawaban atas konflik internal, tetapi juga menjadi momentum untuk memperkuat integritas pers nasional. Kolaborasi erat antara PWI dan pemerintah diharapkan dapat menjaga profesionalisme wartawan sekaligus memastikan kode etik jurnalistik tetap dijunjung tinggi di tengah dinamika informasi yang kian cepat.(Red)