
“Setelah ngobrol hal lain sebentar, mereka langsung konfirmasi terkait surat yang dikirimnya satu bulan lalu,” kata Juanda melansir dari sukabumiupdate.com
Singkat cerita, setelah dijelaskan terkait penggunaan dana BOS bendahara sekolahnya. Perdebatan pun terjadi, salah satu oknum wartawan bahkan sampai membentak Juanda dengan dalih jawaban pihak sekolah tidak memuaskan.
Juanda tak terima dan membalas membentak mereka sambil mengeluarkan data soal penggunaan dana BOS. Kemudian oknum wartawan yang mengaku dari Bandung ini meminta pihak sekolah memberitakan profil sekolah dan meminta sejumlah uang untuk tarif tiga media atas pemberitaan tersebut.
“Saya jawab silakan, selama berita itu maslahat dan bermanfaat bagi mereka,” kata Juanda.
Tarif yang dipasang oleh oknum wartawan tersebut mulai Rp17,5 juta, Rp15 juta, Rp12 juta, Rp10 juta, hingga Rp5 juta. Sebab anggaran publikasi SMKN 1 Kota ada di komite sekolah, Juanda mempersilakan mereka mendatangi komite sekolah.

“Kami tidak punya uang dan anggaran publikasi ada di komite,” ucapnya.
Selanjutnya, ketiga oknum wartawan ini mendatangi komite sekolah untuk meminta uang tersebut dan diduga ada unsur pemaksaan. Hingga akhirnya komite sekolah memberi mereka uang sejumlah Rp5 juta. Saat negosiasi ini terjadi, Juanda bergegas melapor dugaan pemerasan ini ke Polres Sukabumi Kota.
“Pihak Polres datang dan menangkapnya di jalan. Saya tahu juga tentang teman-teman media, aturannya seperti apa. Maka saya anggap itu ada indikasi pemerasan. Bahkan mereka menjadwalkan seluruh SMK di Sukabumi. Saya khawatir mereka ke sekolah lain juga mengatasnamakan wartawan,” pungkasnya. (Red)