Walah, 96 Persen Pasokan Pangan Kota Bandung Berasal dari Luar Daerah

JABARNEWS | BANDUNG – Sebanyak 96 persen pasokan pangan bagi Kota Bandung berasal dari luar daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berupaya menumbuhkan kemandirian dan pemberdayaan masyarakat Kota Bandung dalam membentuk ketahanan pangan.

Tak pelak, ketika terjadi inflasi pun kerap ditimbulkan oleh sejumlah komoditas bahan pangan. Oleh karenanya, di samping menyangkut soal pemenuhan kebutuhan makanan, konsep ketahanan pangan memberikan dampak secara perekonomian.

Di bawah kepemimpinan Wali Kota Bandung Oded M Danial, Pemkot mulai merealisasikan dengan menghadirkan program Buruan SAE (Sehat, Alami, dan Ekonomis) sebagai pengembangan dari konsep urban farming. Namun, Buruan SAE mengusung konten yang lebih komplit.

“Buruan SAE ini program Kota Bandung membangun ketahanan pangan. Karena Kota Bandung ketergantungan pangan dari luar itu sangat besar, itu hampir 96 persen,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar dalam keterangan yang diterima, Selasa (14/9/2021).

Baca Juga:  Yang Lain Asyik Beribadah, Seorang Pria Malah Asyik Nyabu

Menurutnya, jika pada urban farming hanya fokus pada komoditas tertentu misal sayuran semata, Buruan SAE ini terintegrasi dengan banyak unsur. Yakni turut meliputi tanaman obat, buah-buahan, olahan hasil, pembibitan dan hewan ternak baik ikan ataupun unggas.

Integrasi Buruan SAE tidak sebatas di komoditas saja, tetapi sekaligus menjadi pola pengelolaan sampah selaras dengan konsep Kurangi Pisahkan Manfaatkan sampah (Kang Pisman). Yakni memanfaatkan sampah organic sebagai kompos media tanam, pupuk, lalu mengembangkan sebagai pakan ternak.

Baca Juga:  Rumah Besar Nusantara Bakal Gandeng Pemerintah untuk Bangkitkan Ekonomi Bangsa

Salah satu pengaplikasian konsep Buruan SAE ditunjukan dengan pembuatan Organic Tower Garden (OTG). Sebuah konsep pemanfaatan ember dan pipa bekas dirakit secara bertumpuk, dimana bagian atas sebagai media tanam dan di paling bawah untuk pembudidayaan ikan lele.

Sejak kali pertama digiatkan pada 2020 silam, hingga kini sudah ada 234 lokasi Buruan SAE yang tersebar di seluruh kelurahan.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui DKPP hanya memberikan stimulus kepada 100 kelompok tani. Sedangkan 134 lainnya merupakan inisiatif masyarakat yang tertarik mereplikasi Buruan SAE.

“Memang ini peluang. Dari satu sisi di masa seperti ini (pandemi Covid-19) bisa dihasilkan produk-produk pangan yang sehat. Kemudian juga semangat warga sekarang lebih banyak, mungkin karena aktivitas banyak di rumah atau di lingkungan,” ujarnya.

Baca Juga:  Solihin Ajak Warga Waspadai Geng Motor

Gin Gin mengaku, pihaknya terus melakukan pendampingan dan pemantauan terhadap kelompok Buruan SAE yang sudah ada untuk menjaga keberlanjutan program ini. Bahkan, dia berharap bisa semakin bertambah secara kualitas komoditas dan kuantitas jumlah BUruan SAE di lokasi baru.

“Jadi berbagai program terintegrasi, termasuk paling besar mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat. Karena yang digulirkan bukan hanya urban farmingnya, tapi yang paling besar itu mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan semangat melalui Buruan SAE,” tandasnya. (Red)