192.000 Jiwa Di Bandung Barat Masuk Kategori Miskin

JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Pada 2018 ini angka kemiskinan di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mencapai 11,49% atau sekitar 192.000 jiwa dari total populasi KBB.

“Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya meski tak signifikan,” kata Kepala Bidang Perencanaan, Bappelitbangda Kabupaten Bandung Barat, Kamal Mustofa, Sabtu (1/9/2018).

Kamal mengungkapkan, untuk melipatgandakan penurunan angka kemiskinan, pihaknya berkoordinasi langsung dengan para kepala desa (kades). Pasalnya, para kades ini lebih mengetahui kondisi masyarakat secara langsung dan terperinci.

Baca Juga:  Peringati HUT RI ke-77: Presiden Jokowi Kenakan Baju Adat Sulawesi Tenggara, Wapres Ma'ruf Amin Pakai Baju Adat Banten

“Selain lebih mengetahui data kemiskinan, para kepala desa beserta aparatnya juga bisa mengetahui solusi dan metodologi seperti apa yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan sebagai salah satu bentuk penajaman peran fungsi desa,” katanya.

Dikatakannya, pengentasan kemiskinan di KBB sudah relatif bagus karena sudah berjalan berbagai kearifan lokal. Itu bisa dijadikan media program percepatan penanggulangan kemiskinan seperti adanya perelek dan gotong royong.

Penjabat (Pj) Bupati Bandung Barat, H. Dadang Mohamad Ma’soem, mengatakan, hingga kini belum ditemukan metode penanggulangan kemiskinan yang tepat. Sebab meskipun sudah dilakukan secara terkoordinir dan lintas sektoral serta lintas pimpinan, keberadaan masyarakat yang dinilai kurang beruntung dalam perekonomian itu, persentasenya tetap tinggi dari tahun ke tahunnya.

Baca Juga:  Malam Hari, Sejumlah Ruas Jalan Kota Bandung Kembali Ditutup

“Penanggulangan kemiskinan bukanlah hal yang mudah karena selain menyangkut hajat hidup orang banyak, juga melibatkan banyak instansi serta lintas sektoral, sehingga harus ada persamaan persepsi dengan niat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga:  Satgas Bentukan Kapolri Dinilai Gagal Usut Pelaku Teror Novel Baswedan

Ditambahkannya, beberapa model yang pernah diterapkan dinilai tidak tepat karena seolah-olah memanjakan masyarakat yang masuk dalam kategori miskin dengan bantuan yang bersifat konsumtif, sehingga tidak membuat mereka lebih berdaya.

“Model yang paling pas adalah lebih kepada pemberdayaan perekonomian masyarakat. Berikan mereka kail serta pancing dan biarkan mereka berusaha menangkap ikan sendiri. Jangan hanya memberi mereka ikan, karena itu akan membuat mereka terlena,” imbuhnya. (Des)

Jabarnews | Berita Jawa Barat