Anjal di Alun-Alun Kota Cimahi, Disekolahkan dan Diberi Makan

JABARNEWS | CIMAHI -‎ Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada orang yang mengelola atau bertindak sebagai orangtua asuh dari kehadiran anak jalanan (anjal) di perkotaan.

Demikian pula di Kota Cimahi, di mana keberadaan anjal bisa terlihat di sekitar Alun-alun Kota Cimahi. Belasan hingga puluhan anjal itu memiliki koordinatornya.

Ketua Gerakan Rakyat Cinta Indonesia (Gercin) Kota Cimahi Rose Else mengaku, dia perlu melakukan pendekatan dengan pengelola anjal untuk menggelar sekolah anjal di Alun-alun Kota Cimahi.

Baca Juga:  Tekan Mobilitas Masyarakat Selama PPKM Darurat, Ridwan Kamil Perbanyak Titik Penyekatan

“Saya sudah pendekatan ke atasnya, koordinatornya. Justru waktu belajarnya dari masukan mereka, jadi jam 8 pagi itu anak-anak sudah menunggu,” kata Rose di Alum-alun Kota Cimahi, Jumat (28/8/2020).

Untuk mengajak anjal belajar, terang dia, juga bukan perkara yang mudah. Ada kalanya saat pembelajaran ada anak yang pergi sejenak untuk mengamen, memarkir, dan lain-lain.

“Kami kasih makan juga kepada mereka, biar bisa fokus. Sejak perkenalan, dari rumah, saya sudah siapkan makan. Intinya sih jangan kasar, harus diarahkan pelan-pelan,” tuturnya.

Baca Juga:  Rusia Makin Gencar Serang Ukraina, Misi Perdamaian Presiden Jokowi Gagal?

Setiap kali mengadakan sekolah anjal, Rose mengaku mengeluarkan uang minimal Rp 200 ribu dari kantong pribadinya. Sementara sekolah anjal digelar empat hari dalam sepekan.

“Saya ikhlas, saya enggak mengejar uang. Saya ingin anak-anak jalanan ini menjadi anak-anak yang cerdas, sehat, mandiri,” tutur Rose.

Baca Juga:  Wakaf Salman ITB Ajak Netizen Galang Dana Bantu Tenaga Medis

Salah seorang anjal, Rama Ramdhani (14) mengaku hanya bersekolah sampai kelas 5 SD. Pendidikan dasar tidak dia selesaikan karena ketiadaan biaya, apalagi kedua orangtuanya bercerai.

Setelah putus sekolah, Rama lebih banyak tinggal di jalanan hingga akhirnya merasa nyaman menjadi anak jalanan. Meski begitu, Rama akhirnya mau ikut sekolah anjal setelah diujuk.

“Kalau di Alun-alun, senang belajarnya bisa main juga. Kalau di sekolah, bosan, enggak santai,” katanya. (Yoy)