Batik Daun Ecoprinting Di Majalengka Bikin Penasaran, Begini Proses Pembuatannya

JABARNEWS | MAJALENGKA – ‎Batik yang menggunakan bahan baku warna dedaunan kini mulai dikembangkan di Blok Rabu, Desa Ciomas, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka.

Batik dengan proses pembuatan “Merebus Kain” dilanjutkan dengan proses penjemuran sinar matahari itu, digagas oleh seorang ibu rumah tangga, yang senang dengan perkainan dan pembatikan.

Perajin batik yang menamakan proses pembatikannya dengan ecoprinting, Juju Juwairiyah (49),‎ mengatakan, awalnya hanya penikmat kain-kain batik, namun ia bosan dengan motif yang itu-itu saja. Sehingga suatu saat ia mendapatkan gagasan yang langsung direalisasikan dengan cara membuat batik menggunakan bahan baku dedaunan.

Baca Juga:  Tolak RUU HIP, Besok Massa ANAK NKRI Kepung Gedung DPR

‎”Menggunakan kain sutra justru malah semakin menonjolkan ‎ketegasan warnanya. Hanya saja, masalahnya keterbatasan modal, jadi akan digarap manakala ada pesanan saja. Saat ini masih menggunakan kain biasa,” ungkapnya, saat ditemui Jabarnews.com, Senin (21/1/2019).

Wanita yang akrab dipangil Bu Juwi mengatakan, ‎ia menjualnya secara online menggunakan jaringan relasi dan teman-temannya. Cara tersebut dinilai efektif, karena sasarannya adalah untuk kalangan menengah ke atas. Satu kain motif daun ecoprinting paling murah dihargai Rp. 200 ribu.

Baca Juga:  Kasau Marsekal Fadjar Presetyo Luncurkan Plan Bobcat, Buku tentang Transformasi TNI AU

‎”Satu kain batik itu paling cepat selesai dalam dua hari. Saya menggunakan langseng, dengan cara direbus berkali-kali. Dengan satu kali rebusan awal membutuhkan waktu dua jam. Dilihat dulu, lalu direbus lagi, sampai ketegasan warna daunnya terlihat jelas,” ujarnya.

Juwi menambahkan, ‎jika sedang banyak bahan dia sanggup memprosesnya hingga 20 kain. Bahan baku yang ia gunakan di antaranya daun jati, daun kersen, daun sirsak, daun plamboyant. Ia mengambilnya dari kebun miliknya di belakang rumahnya.

“Saya itu senang dan hoby kepada kain, greget kepada kain, ingin menciptakan sesuatu yang berbeda. Itu awalnya saya menekuni ecoprinting.” ungkapnya.

Baca Juga:  Psikolog UGM Tidak Setuju Permainan Lato-lato Dilarang di Sekolah, Begini Penjelasannya

Seniman lukis yang tergabung dalam kepengurusan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma), Ade Realism, didampingi Sekretaris, Ayang Rusmayanti, mengatakan, batik ecoprinting pernah dipamerkan dalam acara Dekkma tahun 2018 lalu. Adanya karya batik yang menggunakan bahan baku alam perlu diapresiasi.

“Batik itu merupakan warisan budaya dunia, di kita kebetulan ada orang yang konsen menggeluti ‎batik ecoprinting yang beralamat di Ciomas, Sukahaji, Majalengka,” tandasnya. (Rik)

Jabarnews | Berita Jawa Barat