BPS Catat Selama September 2020 Jabar Alami Deflasi 0,01 Persen

JABARNEWS | BANDUNG – Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Jawa Barat mencatat bahwa pada September 2020 terjadi deflasi sebesar 0,01 persen dari 7 kota dilihat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) diantaranya 2 kota mengalami inflasi dan 5 kota mengalami deflasi.

Kepala BPS Jabar, Dyah Anugrah Kuswardani mengatakan, deflasi tertinggi terjadi di Kota Cirebon yaitu sebesar 0,25 persen dan deflasi terendah terjadi di kota Bekasi sebesar 0,03 persen dan kota Tasikmalaya terjadi inflasi sebesar 0,03 persen. Berdasarkan data tersebut, lanjut dia, mengalami penurunan jika dibandingkan Desember 2019 yang memiliki inflasi 1,29 persen.

Baca Juga:  Kantor MUI Pusat Ditembak Orang Tak Dikenal, Polisi: Pelaku Meninggal

“Inflasi tahun kalender pada bulan September 2020 ini yaitu September 2020 terhadap Desember 2019 inflasi sebesar 1,29 persen. Sedangkan untuk inflasi tahun ke tahun atau September 2020 terhadap September 2019 sebesar 1,77%,” kata Dyah di Bandung, Jumat (2/10/2020).

Tak hanya itu, Dyah menjelaskan, beberapa kelompok pengeluaran pada September 2020 yang mengalami deflasi dan juga ada yang mengalami inflasi. Untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau, Dyah menyampaikan bahwa kelompok tersebut mengalami andil deflasi sebesar 0,1094 persen.

Baca Juga:  Mohamad Surya, Mantan Ketua Umum PB PGRI Yang Memperjuangkan Sertifikasi Guru Itu Meninggal

“Sedangkan untuk makanan dan minuman serta tembakau yang memiliki andil inflasi tertinggi sebesar 0,2 hampir 0,11% itu terjadi penurunan harga pada telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah dan sebagainya,” jelasnya.

Selain itu, pada kelompok perawatan pribadi dan jasa menyumbang deflasi sebesar 0,0099 persen. Hal tersebut karena menurunnya harga emas, sabun mandi cair.

“Bila kita cermati terjadinya deflasi pada perawatan pribadi dan jasa lainnya ditengarai karena terjadinya penurunan harga emas, perhiasan sabun mandi cair dan lain-lain,” ucapnya.

Kemudian, ungkap Dyah, pada kelompok pengeluaran seperti perumahan, listrik air dan bahan bakar mengalami andil inflasi sebesar 0,05 persen.

Baca Juga:  RUU Ciptaker: Golkar Minta Pasal Terkait Pers Dicabut

“Disini terjadinya kenaikan tarif tukang bukan mandor. Kemudian kelompok yang juga mengalami inflasi,” tambahnya.

BPS juga mencatat, pendidikan juga memiliki andil terhadap inflasi sekitar 0,011 persen. Menurut Dyah, hal itu akibat naiknya biaya uang kuliah.

“Pendidikan juga memiliki andil terhadap deflasi kita tapi terjadi inflasi. Andilnya terhadap inflasi sekitar 0,011 persen. Hal ini disebabkan naiknya tarif perguruan tinggi, uang kuliah pada bulan september 2020,” tutupnya. (Rnu)