Ngeri! KPA Subang Sebut Pengidap HIV/AIDS Umumnya Heteroseks

JABARNEWS | SUBANG – HIV atau Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV bisa berakibat fatal jika tidak diobati dan bisa menular dalam keadaan tertentu. Itu sebabnya penting untuk mengetahui dengan benar cara penularan HIV, sehingga dapat menghindari penyakit tersebut.

Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Subang mengungkap fakta bahwa mayoritas pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Subang, Jawa Barat adalah pasangan penyuka sesama jenis. Lesbian pada LGBT tidak termasuk populasi kunci yang rentan tertular atau bisa menularkan HIV karena tidak ada seks penetrasi.

“HIV/AIDS pada LSL hanya ada di komunitas atau kelompoknya,” ujar Pengelola Program KPA Kabupaten Subang, Nurbayanti, SH .

Sementara HIV/AIDS pada laki-laki dan perempuan heteroseks mereka memiliki pasangan. Pasangan mereka bisa juga memiliki pasangan atau memiliki pasangan yang sedang hamil. Berisiko untuk tertular HIV kepada bayi yang tengah dikandungnya jika tidak terdeteksi sejak dini dan tidak dilakukan pengobatan ARV.

Menurut data KPA Subang, ada 2.286 orang laki-laki (heteroseks) berisiko tinggi sebagai pelanggan pekerja seks perempuan. Tersebar di 24 titik meliputi 7 kecamatan.

Baca Juga:  AHF Indonesia Kampanye Pencegahan HIV/AIDS Melalui Musik Punk

“Dari total 2.286 orang laki-laki berisiko tinggi tersebut baru sekitar 800 orang yang sudah dijangkau (diberi edukasi komprehensif terkait HIV, tes HIV berkala),” ungkapnya.

Sementara, kata dia, ada gap sejumlah 1.486 orang laki-laki berisiko tinggi yang belum dilakukan penjangkauan. Luas wilayah tidak sebanding dengan jumlah petugas penjangkau yang ada di LSM pada tahun itu.

“Stigma ini yang perlu perhatian kita bersama, karena ini seperti musuh dalam selimut,” lanjut dia.

Serta prioritas dan sasaran program yang lembaga donor tetapkan untuk LSM sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang tidak ada yang menjangkau populasi kunci LBT (Laki-Laki Berisiko Tinggi).

“Kabupaten Subang memiliki tiga LSM yang bergerak di isu HIV yang penganggarannya langsung dari Lembaga donor yaitu Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Cabang Subang, Yayasan Resik Subang, Kelompok Dukungan Sebaya Subang Plus Community,” katanya.

Lembaga swadaya tersebut hanya menjangkau populasi kunci LSL, waria, pengguna napza suntik, pekerja seks perempuan dan ODHA (Orang dengan HIV AIDS).

Baca Juga:  252 Jemaah Haji Indonesia Wafat di Saudi

Untuk meminimalisir peningkatan pengidap HIV/AIDS, pihaknya juga mengajak masyarakat dan lintas sektor seperti TNI, perusahaan yang banyak mempekerjakan tenaga kerja laki-laki, sektor konstruksi, perhubungan dan pemegang kunci di lokasi hot spot terlibat aktif mencegah penularan HIV/AIDS.

“Saat ini dilakukan oleh KPA Kabupaten Subang sebagai lembaga koordinasi pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS, yakni mengembangkan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di masyarakat khususnya laki-laki berisiko tinggi (LBT).

Rencananya, kata dia, kegiatan tersebut akan diinisiasi oleh Dharma Wanita Persatuan Tingkat Kabupaten. Untuk mendeteksi keberadaan laki-laki berisiko tinggi sangat tidak mudah, karena jarang ada laki-laki yang mengaku sebagai pelanggan pekerja seks perempuan.

“Kami belum memberi edukasi secara menyeluruh kepada para pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah,” ujarnya.

Pegiat HIV bisa mengenalinya dengan ciri 4 M (Man, Mobile, Macho with Money) yaitu laki-laki jantan yang mobilitasnya tinggi atau berjauhan dari pasangan intim tetapnya, serta memiliki banyak uang.

“Meskipun 4 ciri tersebut tidak bisa mengeneralisir bahwa laki-laki itu sebagai pembeli seks,” pungkasnya.

Baca Juga:  Asyik, Peraih Medali Emas Bakal Diganjar Rp 100 Juta

Pengelola program IMS, HIV/AIDS and harm reduction Dinas Kesehatan Subang Suwata mengatakan, penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Subang sangat mematikan. Apalagi penularannya yang tidak mengenal usia, status dan jenis pekerjaan.

“Perilaku seks yang buruk atau menyimpang, juga bisa membuat penularan HIV/AIDS di Kabupaten Subang jadi meningkat,” katanya.

Jika dilihat dari penularannya, Suwat menuturkan, tahun 2019 kaum hawa menjadi penular terbesar dibandingkan laki –laki. Data di Kabupaten Subang, ada sebanyak 59 persen kaum hawa, sedangkan 41 persen kaum laki-laki pada akhir juni 2019.

Jika dilihat dari dampak epidemi HIV/AIDS pada pembangunan di Kabupaten Subang berdampak terhadap ekonomi, sumber daya manusia dan juga sosial. Dari Januari- Juni 2019 penularan HIV/AIDS terbanyak adalah dari kaum hawa.

Suwata mengatakan, pihaknya mendata sebanyak 281 buruh pabrik, bangunan, tani dan lainnya, terkena HIV/AIDS. Diprediksi ada 10 persen yang mengenai buruh pabrik di Kabupaten Subang.

“Kita perlu membuka wacana baru bahwa penanggulangan HIV/AIDS bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah. Perlu peran semua stakeholders,” tegasnya. (Red)