Satgas: 7 Vaksin Covid-19 Hampir Selesai Diuji

JABARNEWS | JAKARTA – Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyatakan hingga saat ini ada 188 kandidat vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan oleh berbagai negara di dunia.

Rinciannya, 139 kandidat vaksin masih dalam tahap pra-klinis, 25 kandidat vaksin masuk uji klinis tahap I, sebanyak 17 kandidat dalam uji klinis tahap II dan 7 kandidat berada pada uji klinis tahap III atau hampir selesai diuji. Namun, belum ada satu pun vaksin di dunia yang sudah lulus uji.

Baca Juga:  Menteri LH Resmikan Bekas TPA Cicabe Bandung, Jadi PDU Sampah

“Semua pihak yang ada di dunia berusaha untuk mendapatkan vaksin yang aman dan efektif untuk COVID-19, termasuk Indonesia. Kami tetap berusaha keras agar bisa mendapatkan vaksin ini dalam jumlah yang besar untuk bisa melindungi rakyat Indonesia,” kata Wiku dalam konferensi pers secara virtual dari Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (6/8/2020).

Adapun tujuh vaksin yang sudah masuk uji klinis tahap III, yakni; vaksin yang dikembangkan Sinovac Biotech, Wuhan Institute of Biological Product atau Sinopharm, Beijing Institute of Biological Products (juga dari grup Sinopharm), dan BioNTech atau Fosun Pharmaceutical dan FIZR.

Baca Juga:  Duh, Pengunjung Lapas Sukabumi Gunakan Sale Pisang buat Selundupkan Sabu

Selanjutnya, vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford bekerja sama dengan AstraZeneca, vaksin kerjasama Moderna dengan NIAID dari Amerika dan yang terakhir adalah vaksin yang dikembangkan University Of Melbourne dan Murdoch Children Research Institute.

Adapun Indonesia terlibat dalam uji klinis tahap III vaksin Sinovac. Setelah selesai uji klinis tahap III, vaksin-vaksin tersebut akan diujicoba terlebih dahulu kepada sejumlah relawan guna memastikan keamanannya.

Baca Juga:  Langgar PKPU No 13, Bawaslu Jabar Ancam Hentikan Aktivitas Kampanye

Wiku menyebut, vaksin ini merupakan solusi jangka panjang penanganan Covid-19. Sementara menunggu vaksin ditemukan, ujar dia, pemerintah tetap harus bekerja keras menekan angka penyebaran dan angka kematian.

“Jangan menunggu obat dan vaksin karena kita juga berpacu dengan waktu. Pencegahan atau upaya preventif adalah kunci yang paling utama dalam menekan jumlah kasus maupun kematian,” ujar Wiku. (Red)