JABARNEWS | BANDUNG – Kemdikbud telah menetapkan daluang sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada 2014. Tahukah Anda apa itu daluang?
Daluang adalah kertas asli khas Indonesia yang terbuat dari kulit kayu pohon daluang (Broussonetia Papyrifera Vent) atau mulberry, yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan pohon saeh.
Oleh karena itu, daluang sering disebut dengan paper mulberry. Sebetulnya daluang bukanlah kertas, tapi fungsinya sebagai media tulis tak ubahnya seperti kertas.
Daluang juga difungsikan sebagai kertas untuk wayang beber, salah satu jenis wayang di Jawa yang memanfaatkan lembaran atau gulungan daluang untuk merekam kisah atau cerita pewayangan dalam bentuk bahasa gambar.
Seniman sekaligus perajin daluang, Ahmad Mufid Sururi menjelaskan, pembuatan kertas daluang bisa dibilang sempat mati. Tak banyak orang yang mengetahui jenis kertas tersebut.
Dari sanalah Mufid memosisikan diri bukan hanya sebagai perajin daluang, tapi juga merawat ingatan bangsa bahwa daluang adalah peninggalan bersejarah Indonesia.
“Saat saya tahu daluang pada 2006, tidak banyak yang tahu siapa orang yang membuat daluang. Bahkan, yang tahu daluang juga sedikit sekali,” kata Mufid di Kota Bandung, dikutip dari laman Disdik Jabar, Minggu (7/2/2021).
Akhirnya, dia pun memutuskan untuk menjerumuskan diri ke daluang. Dia juga berupaya untuk merawat daluang sebagai warisan budaya Indonesia.
Untuk merawat warisan tersebut, Mufid tak hanya cukup memproduksi daluang, juga fokus pada literasi, eksplorasi, kolaborasi, dan edukasi seputar daluang.
Pada aspek literasi, ia tak henti meriset dan mengumpulkan literatur yang membahas seputar daluang. Di salah satu literatur, disebutkan bahwa dahulu daluang juga difungsikan menjadi pakaian.
Pada aspek eksplorasi, saeh tak hanya dimanfaatkan Mufid untuk memproduksi daluang, tapi juga beraneka ragam prototipe karya seni. Mulai dari tas, kanvas hingga alat musik.
“Makanya, saya lebih memilih disebut sebagai tukang saeh karena bisa lebih leluasa mengeksplorasi,” ucapnya sambil tersenyum.
Ia pun terbuka untuk berkolaborasi dengan siapa saja yang tertarik terhadap daluang. “Ada yang tertarik berkolaborasi pada wujud lembarannya, ada juga yang pada proses produksi dan penjualannya,” ungkapnya.
Mufid juga selalu mengedukasi siapa pun yang tertarik pada daluang, yang sebagian besar dilakukan di galerinya. Tak jarang, ia pun dipanggil sebagai narasumber dalam lokakarya yang diadakan oleh sekolah atau komunitas. (Red)