Dosen STAI Muttaqien Purwakarta Beberkan Pola Asuh Anak Di Tengah Pandemi Covid-19

JABARNEWS | PURWAKARTA – Pandemi Covid-19 belum berakhir. Hampir satu tahun lamanya, kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah masing-masing secara daring gegara Virus Corona itu.

Orang tua berperan penting untuk mendampingi, mengawasi, bahkan menjadi guru anaknya untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Pola asuh ini menjadi hal yang baru bagi orang tua.

Kegiatan yang diikuti guru dan orang tua siswa ini digelar secara maraton di tiga tempat yang berbeda, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DR KH EZ Muttaqien Program Studi (Prodi) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) memberikan pemahaman pola asuh antara guru dan orang tua melalui seminar pengabdian kepada masyarakat.

Menurut, Dosen Prodi PIAUD STAI KH EZ Muttaqien, Samin Syahidin M.Pd, pola asuh orang tua adalah suatu cara orang tua dalam mengasuh dan mendidik, serta membina anaknya dengan penuh kasih sayang.

Baca Juga:  Wooow ...Halal Bihalal BKD Jabar Dimeriahkan Ustad Evi Effendi Dan Vicky Saputra

“Ini bertujuan agar perilaku sosial anak dapat berkembang dengan baik. Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,” papar Samin, pada Kamis (11/2/2021)

Dijelaskannya, peran orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar. Seperti, pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.

“Pola asuh orang tua ada tiga, yaitu otoriter, permisif, dan demokratis. Pola asuh otoriter di mana orang tua menekankan segala aturan. Orang tua harus ditaati anak, bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah apa yang diperintahkan Orang Tua,” ungkapnya.

Adapun pola asuh permisif, lanjut Samin, yaitu segala aturan dan ketetapan keluarga ada di tangan anak. Apa yang dilakukan anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena, tanpa pengawasan, dan bebas melakukan apa saja yang diinginkannya.

Baca Juga:  Waspada! Penipuan Berkedok E-Cash Di Situs Jual-Beli Online

“Adapun pola asuh demokratis adalah saat kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua bela pihak. Anak diberikan kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral,” ucap Samin.

Samin menjelaskan pola asuh secara islam. Yakni, satu kesatuan yang utuh dari sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak yang masih kecil dalam mengasuh, mendidik, membina, membiasakan, dan membimbing anak secara optimal berdasarkan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Pola asuh ini dibentuk dengan tujuan untuk menghasilkan kompetensi-kompetensi tertentu pada anak.

“Ketika orang tua berinteraksi dengan anaknya, orang tua haruslah cerdas mengetahui perkembangan anaknya. Yakni, meliputi kompetensi akidah dan keimanan kepada Tuhan YME, kompetensi akhlak (moral), kompetensi fisik, kompetensi motorik, kompetensi akademik, serta kompetensi sosial-emosi. Dan didukung dengan pendidikan yang berlandaskan agama Islam,” bebernya.

Baca Juga:  Mang Oded: Maaf, Ini yang harus Kita Jalani, PPKM Darurat

Salah satu tanggung jawab yang harus diberikan orang tua atas anak yang diamanahkan kepada mereka adalah pola asuh yang tepat untuk membantu pembentukan karakter anak. Hal ini, kata Samin, sesuai dengan konsep Islam yang tercantum dalam Hadis Riwayat Abu Hurairah (dalam Abdurrahman, 2004)., Roasululloh SAW bersabda: ”Barang siapa tidak mengasihi (anaknya), maka dia tidak akan di kasihi (anaknya)”.

“Dalam konteks yang lebih luas, hadits tersebut dapat diartikan bahwa apabila kita menginginkan anak yang berkarakter pengasih, maka harus dimulai dari orangtua yang selalu mengasihi dan menyayangi anak-anaknya,” pungkasnya. (Gin)