Bakakak Ayam Satu Ini, Spesial Pake Hati

JABARNEWS | PURWAKARTA – Selepas Adzan ashar, sejumlah lelaki muda tampak sibuk mengipasi sebuah tungku pembakaran disebuah rumah makan di Jalan Raya Subang-Purwakarta tepatnya di Kp Ciparungsari, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Senin (28/05/2018).

Bagi anda pengendara dari Jakarta bertujuan ke Subang, jangan heran bila pada jam-jam sore menumpuk mobil dan motor di sebelah kanan kiri Jalan Ciparungsari, Cibatu.

Ya, disana ada aktifitas kuliner kesohor yang menjajakan menu andalan bakakak ayam dan sate maranggi. Warung bakakak yang dinamai warung nasi prima “Abah Oman” ternyata diambil dari nama si empunya warung itu sendiri.

Ketika Adzan maghrib tiba, puluhan orang yang sudah menunggu, secara berbarengan berbuka puasa. Abah Oman dengan santun melayani dan menyalami para konsumen.

“Silakan…silakan, selamat berbuka puasa,”ucapnya.

Bah Oman, panggilan karibnya, selama beberapa bulan terakhir nama warung nasinya meroket masuk dalam nominasi satu dari sekian pengusaha kuliner kesohor di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Juga:  Bima Arya Usul Pemerintah Pusat Adakan Lagi Dana Kelurahan

H Ahmad, kerabatnya bahkan tak menyangka bila usaha kuliner pamannya itu akan berkembang pesat.

“Bah Oman, 10 tahun lalu itu hanya seorang sopir bus mayasari bhakti di Jakarta, yang secara penghasilan jauh dengan sekarang, “ujar Ahmad.

Sejumlah pesohor Purwakarta termasuk para calon bupati dan wabup Pilkada Purwakarta 2018 bahkan pernah singgah untuk sengaja makan di warung bakakak Bah Oman.

“Pak Kapolres Purwakarta dan para cabup/cawabup pun pernah makan disini,” ungkapnya.

Lebih lanjut Ahmad menyebutkan, jalan hidup dan derajat manusia bersifat ghaib dan tak satupun mengetahui urusan tersebut. Selepas tak lagi nyupir, bah Oman merintis usaha warung nasi dengan modal perdana Rp.3 juta.

“Modalnya pun dapat pinjam. Yang namanya usaha beberapa tahun sempat lesu, namun sekarang mulai menanjak. Sekarang omzet perhari mencapai Rp.20 juta. Alhamdulillah,” kata dia bersyukur.

Baca Juga:  Mengenal Manfaat Serum Wajah, Diantaranya Cegah Penuaan Dini

Ditempat yang sama bah Oman menambahkan pada bulan suci Ramadan ia menambah bahan olahan menjadi dua kali lipat. Setiap harinya selama puasa ini, warungnya mampu menjual 240 potong bakakak yang dihargai perpotongnya Rp.60 ribu.

Belum lagi dari penjualan sate maranggi daging sapi dia mampu mengeluarkan 1000 tusuk lebih setiap hari dengan harga Rp 2000/tusuk. Ditambah topping jajakan lainnya seperti keredok, sop iga, dan es kelapa muda.

“Alhamdulillah, pak,”ucap bah Oman.

Kata Bah Oman, tak ada resep khusus dalam penganan kuliner yang ia olah diwarungnya. Bakakak ayam dan sate maranggi ia olah sama seperti penjaja kuliner sate maranggi lainnya.

“Sama saja seperti yang lain, pak,”kata si abah merendah.

Baca Juga:  141 Atlet NPCI Kota Bandung Akan Jalani Try Out di Solo

Tapi, soal cita rasa, Asep, satu pengunjung mengaku tak bisa dibohonginya.

“Jelas, ada yang membedakan rasa maranggi dan bakakak bah Oman dengan yang lain. Disini enak banget, kerasa banget bumbu dan rempah-rempah seperti merica dan kencur. Dagingnya pun gak keras,” ujar Asep.

Boleh jadi begitu, tapi persoalan cita rasa terbawa suasana kebatinan si empunya warung. Bah Oman, begitu santun dan lemah lembut.

Petualang kuliner seperti Ardit bahkan berani menganalogikan.

“Masaknya pakai hati, sehingga terbawa enak pada makanannya,” ucapnya berseloroh.

Artinya tabiat pemilik yang santun akan dibarengi dengan penyajian yang tulus ikhlas sehingga memancarkan aroma masakan jadi enak dan nikmat.

“Karena tak melulu mengejar profit, tapi ada juga pedagang memposisikan untuk memberi pelayanan prima karena merupakan bagian ibadah,” papar Asep. (Gin)

Jabarnews | Berita Jawa Barat