JABARNEWS | BANJAR – Ratusan hektare sawah di Kota Banjar mengalami kekeringan akibat kekurangan air irigasi. Retakan tanah di area sawah yang ditanami padi mulai terlihat.
Untuk menanggulangi kondisi itu, warga berinisiatip mengairi sawah menggunakan pompa air. Seperti yang dilakukan warga yang memiliki sawah di Blok Cukang Gempol, Dusun Randegan 1, Desa Raharja, Kecamatan Purwaharja.
Sayangnya, keberadaan pompa air yang disediakan Pemerintah Desa Raharja itu dinilai mubazir. Pasalnya, pompa itu tak dipergunakan dan tak mencukupi kebutuhan air untuk sawah di wilayah tersebut.
Salah satu petani di Blok Cukang Gempol, Dusun Randegan 1, Desa Raharja, Warjo (50), mengatakan, kurangnya air yang mengairi sawah disebabkan kondisi aliran irigasi yang tanggeung (daerah hilir lebih atas dibanding di hulu), menimbulkan sumber air di Bantarheulang, Bangunharja, Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis mengalir ke Cukang Gempol, Purwaharja, tersendat.
“Saluran irigasi yang dilantai atau dilending selama ini, menimbulkan air tak mengalir lancar. Diduga akibat pekerjaan proyek tersebut tak diwaterpass. Istilahna tanggeung. Krisis air dari sumbesr air Bantarheulang sudah 8 tahunan,” kata Warjo, dikutip Kabar Priangan, Selasa (29/5/2018).
Ade Irwan (40), petani lainnya, mengatakan, permasalahan petani Blok Cukang Gempol kian komplek, seiring tibanya musim kemarau sekarang ini. Kondisi itu berimbas negatif terhadap hasil panen gabah.
“Akibat kemarau, padi tak tumbuh dengan baik, seperti bonsai. Untuk mengairi sawah harus membuat sumur bor. Untuk menyewa desel dan beli solar, harusu siap uang Rp 100 ribu per 100 bata,” kata Ade.
Ditambahkannya, mereka bukan tidak kepikiran menanam palawija seperti kedelai|. Namun, lagi-lagi sulitnya air menjadi kendala.
“Kedelai hidup dan berkecambah karena ada air. Saya berharap perhatian pemerintah untuk mengatasi kondisi itu,” ujarnya. (Des)
Jabarnews | Berita Jawa Barat