One Day No Rice, Apakah Itu?

JABARNEWS | BANDUNG – Pola Pangan Harapan (PPH) Kota Bandung saat ini masih di angka 87 kg/kavita/tahun. Namun, itu sudah turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di 90 kg/kavita/tahun.

Karena itu, Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) pun tahun ini menargetkan bisa turun kembali sampai angka 86 kg/kavita/tahun.

“Menurunkan segitu juga berat,” jelas Kadispangtan, Elly Wasliah, usai menghadiri sosialisasi program ‘One Day No Rice’, Rabu (18/4/2018).

Dan untuk menurunkanya lagi, Dispangtan tahun ini kembali gencar menyosialisasikan ‘One Day No Rice’ ke sejumlah sekolah menengah pertama (SMP).

“Ini alhamdulilah kami dari Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung menyelenggarakan acara sosialisasi one day no rice, kali ini di SMPN 1. Program ini harus ditingkatkan,” ujarnya.

Baca Juga:  Pengalihan Jalur Lalu Lintas, Sumedang - Bandung Padat

Lanjut Elly, alasan menyasar pelajar SMP, karena anak SMP masih bisa mengubah pola pangannya. Sehingga, mereka bisa mulai mengurangi beras minimal satu minggu satu kali yakni pada hari Senin.

Diharapkannya, dengan sosialisasi itu, ketergantungan akan beras berkurang, sehingga pola pangan harapan (PPH) turun dan pola konsumsi beras pun berubah.

“Kebutuhan beras kita masih 600 ton. Padahal ada karbohidrat selain beras yakni ketela pohon, ubi, jagung, talas, kentang, dan lainnya,” ungkap Elly, seraya mengatakan, program ini serentak di Indonesia dan sudah memasuki tahun ke 4 dari sejak di-launching pada tahun 2015.

Baca Juga:  Artis, Populer, dan Narkoba

Pada kesempatan itu Elly membantah jika program tersebut karena ketiadaan pangan.

“Bukan karena tak sedia pangan. Tapi ini program pusat (diversifikasi atau keanekaragaman pangan). Kebutuhan beras kita Rewog (banyak, Red). Soalnya ada anggapan belum makan kenyang kalau belum makan nasi,” tuturnya.

Ungkapnya lagi, sarapan itu memang sangat penting tetapi tidak harus melulu dengan nasi.

Baca Juga:  Jual Narkoba Sama Polisi, Pedagang Bakso Di Labuhanbatu Ditangkap

“Tahun ini pertama kali di tahun 2018, dan masih ada beberapa SMP lainya. Dulu launching di SMPN 13, sekarang di sana setiap Senin kantin tidak menyediakan nasi, pelajarnya pun bekel tapi tidak ada nasi,” kisahnya.

Suasana sosialisasi sendiri cukup ramai, tampak pelajar SMPN 1 antusias menyimak penjelasan dari narasumber, di antaranya dari UPI.

“Jadi kalau seblak itu bukan pengganti karbo ya, dan inget juga jangan banyak makan micin ya, karena itu tidak baik,” ucap salah seorang narasumber, kemudian diamani anak-anak tersebut. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat