Hebat, Dokter di Cianjur Ciptakan Alat Oksigen Buatan

JABARNEWS I CIANJUR – Kebutuhan oksigen di setiap rumah sakit rujukan meningkat, seiring terus bertambah pasien konfirmasi Covid-19 harus mendapat perawatan intensif. 

Kini, oksigen menjadi barang yang sangat dibutuhkan saat kasus konfirmasi Covid-19 melonjak signifikan akhir-akhir ini. Hal sama terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Kondisi itu membuat jajaran RSUD Pagelaran putar otak supaya bisa menciptakan oksigen buatan yang bisa digunakan dalam keadaan darurat. Adalah Jan Izaac Ferdinandus, seorang dokter yang saat ini dipercaya sebagai pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama RSUD Pagelaran.

“Ya, terinspirasi dari cara kerja struktur oksigen konsentrator, saya dan teman kerja (nakes) di RSUD Pagelaran menguji coba berbagai peralatan bisa meningkatkan saturasi oksigen,” katanya kepada JabarNews.com, Jumat (16/7/2021).

Tak butuh biaya mahal, kata terang dia, peralatannya pun mudah diperoleh, bahkan dirinya menemukan formulasi peralatan yang bisa menciptakan oksigen buatan, minimalnya bisa digunakan saat kondisi darurat. 

Baca Juga:  Ramalan Zodiak Hari Ini 5 Desember 2022, Virgo, Libra dan Scorpio

Jelasnya, peralatan utama dari oksigen buatan itu merupakan aerator yang biasa digunakan memberikan oksigen bagi ikan di akuarium. 

“Dari aerator itu bisa menghasilkan oksigen setelah melalui berbagai tahapan,” terang Plt Direktur Utama RSUD Pagelaran.

Masih ujarnya, jadi dengan aerator ini kita ambil dari konsep oksigen konsentrator yang mengambil udara dari luar kemudian menyaring kadar nitrogen dan oksigen. Dan, alat tersebut bisa dimanfaatkan bagi pasien yang kebutuhan dasar oksigennya kisaran 10-15 liter per menit (lpm). Ferdinandus tak memungkiri alat buatan itu hanya akan dipakai dalam kondisi darurat. 

“Alat ini memang masih harus banyak penelitian dulu, khususnya memisahkan kadar nitrogen dan oksigen,” jelas Ferdinan.

Hal senada masih jelasnya, cara kerja aerator untuk menghasilkan oksigen buatan itu cukup sederhana. Dengan memasang selang, aerator dihubungkan dengan regulator untuk menghasilkan udara tinggi (high flow). Dari regulator ini kita stel hingga menghasilkan kadar oksigen 10 liter per menit. 

Baca Juga:  Foto Jurnalistik Di Mata Ridwan Kamil

“Tapi tergantung kebutuhan pasien. Misalnya kebutuhan pasien 3-4 liter per menit, kita naikkan jadi 10 liter per menit dengan asumsi oksigen murni sebesar 25 persen,” papar dia.

Tujuannya, masih ungkap dia, membuat oksigen buatan itu tak lain karena kondisi yang serba darurat. Selain cukup sulit mendapatkan oksigen konsentrator, harganya pun relatif cukup mahal. Harga oksigen konsentrator itu bisa mencapai puluhan juta rupiah, kemudian berinovasi.

“Asumsinya, ketika kita melakukan RJP (resusitasi jantung paru) atau napas buatan bahwa paru-paru itu mengandung C02 yang banyak. Dan, dari penolong kepada yang ditolong,” beber Ferdinan.

Sambung Plt Direktur Utama RSUD Pagelaran ini, alat ini kadar oksigennya 25 persen, ada dan terukur, kenapa tidak dicoba. Tadinya saturasi O2 pasien yang di bawah 90 atau di bawah 90 bisa naik jadi 99 hingga 100.

Baca Juga:  Ketua MPR Kritik, Lombok Belum Ditetapkan Status Bencana Nasional

Dia mengaku, sudah menggunakan alat tersebut ke pasien yang membutuhkan. Hasilnya sejauh ini tidak ada efek atau masalah apapun. Estimasi kebutuhan kita (RSUD Pagelaran) itu 70 tabung per hari. Kalau pasokan hanya 40 hingga 50 tabung.

“Nah, berarti kita kekurangan 20 tabung. Untuk menutupinya, mungkin bisa gunakan alat ini sementara waktu ketika kondisinya darurat,” kata Ferdinan.

Dua mengaku, tidak kepikiran memproduksi massal alat tersebut. Sebab, alat itu hanya untuk konsumsi internal di RSUD Pagelaran ketika kondisinya darurat. Selalu berharap pandemi covid-19 ini segera berlalu dan pasokan oksigen juga kembali normal.

“Kalau oksigen sudah normal, alat ini dipastikan tidak akan kami gunakan lagi,” ucapnya.

Terakhir, Ferdinan menambahkan, saat pandemi covid-19 ini kondisinya semua serba darurat. Keselamatan dan kesembuhan pasien menjadi prioritas utama. 

“Kalau otak tidak menerima darah dalam waktu 5 menit, itu akan mengalami kegagalan fungsi,” pungkasnya. (Mul)