Sejarah dan Delapan Pandangan Tentang Penamaan Hari Arafah

Jutaan umat Islam yang melaksanakan ibadah haji berkumpul di padang Arafah
Jutaan umat Islam yang melaksanakan ibadah haji berkumpul di padang Arafah. (foto: istimewa)

Dalam khutbah tersebut, Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan-pesan penting kepada umat Muslim mengenai akhlak, hukum-hukum Islam, persaudaraan, dan pentingnya memelihara hak-hak sesama Muslim.

Hari Arafah juga dianggap sebagai hari yang sangat mulia dan penuh berkah. Umat Muslim yang melaksanakan ibadah haji wajib berada di Arafah pada hari ini.

Baca Juga:  Manajemen Ibadah Haji Pasca Pandemi

Dalam ibadah haji, umat Muslim berdiri di Padang Arafah dari waktu Dzuhur hingga matahari terbenam, berdoa, bertobat, memohon ampunan, dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya.

Baca Juga:  Beredar Kabar, Kini Ibadah Haji dan Umroh Dikenakan Pajak? Berikut Penjelasan Kemenkeu

Hari Arafah juga merupakan salah satu dari sepuluh hari terakhir bulan Dzulhijjah yang dikenal sebagai “Ayyamul Tasyrik”. Sepuluh hari terakhir bulan Dzulhijjah ini merupakan waktu yang sangat dianjurkan untuk melakukan ibadah, bersedekah, dan berzikir.

Baca Juga:  Uu Ruzhanul Ulum Minta Para Jemaah Haji Berolahraga dan Jaga Pola Makan, Ternyata Ini Tujuannya

Secara historis dan religius, Hari Arafah memiliki makna yang besar bagi umat Muslim. Selain menjadi bagian integral dari ibadah haji, Hari Arafah juga dianggap sebagai kesempatan untuk memperoleh ampunan, berdoa, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.