1 Dollar AS Hampir Rp.14 Ribu, Jangan Cemas?

JABARNEWS | JAKARTA – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) belakangan terus menguat. Terhadap rupiah, nilai tukar dolar AS nyaris menembus level Rp.14.000,- atau tepatnya di Rp 13.965,- siang ini.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan institusinya akan terus mengawasi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ia juga meminta agar tidak perlu khawatir dengan pergerakan nilai tukar rupiah tersebut.

“Kami di BI terus mengawasi itu, dan kami akan membahas ini juga dalam pertemuan RDG (Rapat Dewan Gubernur), 16-17 Mei. Jadi itu yang kami sampaikan, tapi yang saya mau jelaskan nggak perlu khawatir. BI ada di pasar selalu,” katanya ditemui di Kompleks BI dikutip dari detik Kamis (3/4/2018).

Baca Juga:  Karyawan Di Purwakarta Tidak Dapat THR? Adukan Kesini

Volatilitas atau perubahan nilai tukar dolar AS yang terus menunjukkan penguatan, dinilai Agus lantaran kondisi ekonomi AS yang membaik.”Kita tau ada The Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, dan di FOMC itu membahas ekonomi Amerika, dan ekonomi Amerika kita mengikuti kondisinya membaik, employment (kesempatan kerja) membaik. Jadi semua pasar bereaksi dan itu pengaruh kepada dunia termasuk rupiah,” jelas Agus.

Baca Juga:  Polres Purwakarta Ajak Pemuda Jadi Garda Terdepan Perangi Narkoba

Menurutnya tekanan yang dialami rupiah akibat dolar AS menguat juga dialami mata uang negara lain. Selain itu, Agus melihat sejauh ini pelemahan atau depresiasi rupiah masih wajar.

“Kalau terjadi depresiasi kami menganggap itu hal yang wajar tetapi jangan hanya dilihat nominalnya tapi juga persentasenya,” ujarnya.

Baca Juga:  Penjabat Bupati Temui Para Ulama

Agus menambahkan, pihaknya akan berupaya menjaga perubahan nilai tukar ini akan tetap berada di ambang batas wajar.

“Dan kita tahu bahwa untuk Indonesia, mata uangnya kalau dilihat US$ 1 sama dengan lima digit rupiah, tapi kalau mata uang yang lain US$ 1 sama dengan satu atau dua digit. Uang ini (rupiah) kalau seandainya persentase ada depresiasi misalnya 1% atau 2% kelihatannya kayanya di Indonesia jumlahnya besar,” tutur Agus. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat