Kemarau, Siswa di Sukabumi Sekolah Kalau Musim Hujan Libur

JABARNEWS | SUKABUMI – Akses pendidikan di Sukabumi nampaknya masih jauh dari kata merata. Seperti yang dirasakan para pelajar siswa dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA) Pasir Badak, Kampung Pasir Kandel, Desa Sukamaju, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi.

Mereka terpaksa melintasi sungai untuk bisa belajar ke sekolahnya. Pasalnya, sudah tiga tahun terakhir jembatan yang terbuat dari anyaman bambu tersebut, rusak setelah diterjang banjir bandang 2015 silam.

Karena jalan tersebut merupakan satu-satunya akses menuju sekolah, mereka pun hanya sekolah pada musim kemarau saja. Jadi, ketika musim penghujan tiba, para pelajar ini terpaksa meliburkan diri karena alasan keselamatan.

“Ada 20 siswa setiap pergi dan pulang sekolah melintasi sungai Citalahab yang memiliki lebar sekitar 50 meter ini. Meski para siswa sudah berpakaian seragam dari rumah, mereka terpaksa membuka sepatunya untuk melintasi sungai. Kedalaman sungai saat normal setinggi betis orang dewasa,” jelas Kepala Dusun Wangunreja, Jujum seperti dikutip Radarsukabumi.com.

Baca Juga:  Gunung Sinabung Erupsi, BPBD Karo Bersihkan Abu Vulkanik Di Tiga Kecamatan

Jika musim hujan, sambung Jujum, air Sungai Citalahab kerap meluap hingga merendam lahan pesawahan. Sehingga, warga dan para siswa tidak bisa melintasi sungai tersebut.

“Bahkan pada 2010 lalu, pasangan suami istri (pasutri) yakni Aah (60) dan kokom (50) yang merupakan warga Kampung Pasir Kopo menjadi korban (meninggal) saat melintasi sungai ini,” tandasnya.

Meskipun sudah cukup lama, tapi nyatanya kondisi ini tak sedikitpun mendapat perhatian pemerintah. Ketua Komite MI Pasir Badak, Jujun Junaedi mengatakan, puluhan siswa yang berasal dari Kampung Pasir Kopo, RT 4/6, Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung ini, kadang tak bisa belajar sampai tuntas.

Baca Juga:  Unik, Anak SD Di Sukabumi Namanya Amirul Wahid Slalu Presiden

“Kalau anak-anak sedang belajar namun kondisi cuacanya sudah mau hujan, mereka pasti akan di suruh pulang oleh gurunya. Karena takut jika pulangnya terbawa arus sungai Citalahab,” imbuhnya.

Ketua RT 04, Kampung Pasir Kopo, Desa Wangunreja, Suanta (45) mengatakan, tidak adanya jembatan penyeberangan di Sungai Citalahab ini membuat masyarakat selalu merasa was-was. Untuk itu, dirinya bersama warga yang lain selalu mengantar dan menjemput bahkan sesekali sering membantu menggendong siswa saat menyeberang.

Baca Juga:  Raih WTP, Pengelolaan Keuangan Baznas Harus Lebih Baik

“Siswa yang sekolah dengan menyebrang sungai (Citalahab) ini diantaranya 17 siswa MI, 2 siswa MTs dan 1 siswa dari MA. Jika musim hujan dan kondisi air sedang banjir, maka terpaksa siswa diliburkan bahkan bisa sampai seminggu sampai kondisi air surut,” timpalnya.

“Alhamdulillah para guru di sekolah itu, sudah mengerti dengan kondisi ini. Sehingga mereka tidak marah. Namun sayangnya, pelajaran siswa terganggu,” timpalnya.

Sementara itu, Sipa (8) siswi kelas 3 SD merasa takut saat menyebrang sungai jika dalam kondisi airnya meluap. “Kalau sekarang airnya lagi sedikit. Karena cuacanya tengah musim kemarau. Tetapi, jika musim hujan, saya bersama teman-teman memilih tidak sekolah,” katanya. (Anh)

Jabarnews | Berita Jawa Barat