Survei Pro ASST, Warga Bandung Suka Ustad

JABARNEWS | BANDUNG – Hasil survei Profesional Assistant (Pro ASST) pada Pilkada Wali Kota Bandung 27 Juni 2018 menyebutkan bahwa warga Bandung lebih senang memilih pemimpinya dari kalangan tokoh agama dan tokoh politik.

Survei yang mereka lakukan pada 6-10 Juni 2018 secara random dengan responden dominan ibu rumah tangga, ternyata sebanyak 28,9% pemilih, memilih calon walikota dan wakilnya dari kalangan tokoh agama dan tokoh politik.

Sedang dari kalangan akademisi, birokrat sebanyak 11,9%, dan memilih artis sebanyak 1,4%, sedang sebanyak 1,90% pemilih belum menentukan pilihanya.

Baca Juga:  PWI Kota Bandung Kembali Gelar Aksi Sosial Donor Darah

Berbarengan dengan hal tersebut, Pro ASST pun melansir survei Paslon yang unggul versinya yakni Oded M Danial – Yana Mulyana sebanyak 57,10%, disusul Nurul Arifin – Chaerul Hidayat sebanyak 25,40%, dan paling bontot Paslon Yossi Irianto – Aries Supriatna sebanyak 15,60%.

“Warga Bandung itu tidak mau berspekulasi tapi mau yang pasti-pasti saja. Makanya dia melihat Oded sosok ustad dan berpengalaman juga politisi. Itu jadi pertimbangan mereka,” tegas Direktur Executive Fakhruddin Rusyibani, di Jln. Suci, Jumat (22/6/2018).

Baca Juga:  PGRI Kota Bandung Minta Kualitas Pendidikan Terus Ditingkatkan

Lanjutnya, pergerakan Oded sebagai Wakil Wali Kota atau kandidat petahana lebih masif dibanding Sekretaris Daerah atau Yossi yang hanya duduk di belakang meja. Sehingga nama Oded lebih dikenal dan disukai warga ketimbang Yossi.

“Sekda jarang orang mengaitkan posisinya sehingga warga yang puas dengan pemerintahan saat ini lari ke Oded, terlebih background ustad dinilai layak jadi Wali Kota. Sentimen keagamaan dianggap pas melanjutkan Bandung Juara,” jelasnya

Baca Juga:  Muhadjir Effendy Apresiasi Pelaksanaan Piala Menpora Tertib Prokes

“Kalau sosok artis biasa saja. Malah warga mengenal Nurul sosok politiknya,” paparnya.

Dia menambahkan, partai pengusung khususnya bagi Paslon Yossi-Aries didukung PDIP ternyata tidak banyak menyuport dan tidak berpengaruh mengangkat nama mereka.

“Partai hanya di bawah 20% tidak berbanding lurus dengan sosok, tidak berdampak signifikan, mesin partai tidak efektif yang efektif hanya relawanya,” tuturnya. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat