Tinggal di Gubuk Sempit, Keluarga Tukang Pijat Ini Luput Dari Perhatian Pemerintah

JABARNEWS | CIANJUR – Yanto (38) beserta keluarganya tinggal di gubuk satu petak bangunan rumah ukuran 3×2,5 meter tiga hari lalu sang ibu telah meninggal dunia karena sakit gula.

Keluarga ini termasuk kategori tak mampu tersebut asal warga Kampung Padaluyu RW 8, Desa Wangunsari, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur.

Perwakilan dari pengurus Tim Barisan Masyarakat (Barma) Wangunsari, Naringgul Ameng alias Engkur mengatakan, selain tidak layak huni, bangunan tersebut tidak ada kamar, tempat masak pun di lantai tanah. Bahkan, sempit serta dinding dan pintu kayu yang sudah rapuh banyak binatang rayap.

“Mempergunakan asbes yang sudah pada pecah, juga perabotan seadanya,” kata Kepada JabarNews.com, Rabu (30/6/2021).

Baca Juga:  Pelaku Asusila Bawah Umur Tak Lain ’Pemain Lama’

Tim terketuk hati ingin membantu dengan cara pemberitaan melalui media serta telah dikonfirmasi tim media kepada Pemdes Wangunsari melalui Kadus Padaluyu (Radiman) via komunikasi lewat WhatsApp (WA).

“Beliau berkata siap untuk berupaya koordinasi dengan kades untuk dibantu dan diusulkan ke pihak terkait melalui program rutilahu (RTLH ) atau lainnya,” katanya.

Namun proses waktunya belum bisa dijanjikan, sedangkan di lihat kondisi rumah Yanto sekarang di saat musim hujan sangat mengkhawatirkan. “Karena air hujan ikut masuk ke rumah terkait atapnya bocor dan lainnya,” ujar Engkur.

Baca Juga:  Pembangunan Terus Dilakukan, Untuk Jawa Barat yang Nyaman

Ia menambahkan, mungkin bila ada yang merasa terketuk hati kemanusiaan atau sosial untuk membantunya bentuk materi akan biaya pembangunan rumah biar layak huni.

“Karena di daerah Wangunsari hasil analisa dan sumber dari warga masih ada empat atau lebih yang sama kondisi rumah tidak layak huni,” tandas salah satu pengurus Tim Barisan Masyarakat (Barma) Wangunsari, Naringgul.

Terpisah, Yanto (38) warga setempat mengakui, bukan tidak mau kaya orang lain cuma terbatas usaha gak bisa. Hanya sebatas buruh tani dan tukang pijat, itu juga kalau ada yang nyuruh.

Baca Juga:  DPRD Jabar Minta Pemerintah Tambah Pusat Vaksinasi Covid-19

“Ya, harapan saya semoga ada yang merhatiin,” ucapnya.

Ia menuturkan, sampai saat ini belum ada kepedulian dari siapapun tentang bantuan biaya bikin rumah (rutilahu) terutama dari pemerintah daerah (Pemkab) Cianjur melalui dinas terkait.

“Tapi bersyukur pernah terima bantuan sosial (Bansos) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) saja,” bilang Yanto.

Masih ujarnya, itu berupa sembako setiap bulan sebanyak 10 kilogram dan daging ayam serta lainnya. Kemudian untuk bantuan Covid-19 tahun 2020, itu tiga kali cair total Rp900 ribu.

“Namun entah kenapa sekarang sudah hampir empat bulan belum menerima lagi,” akunya. (Mul)