Nasional

Tren Global Herbal, Peneliti Sebut Ini Peluang Buat Indonesia

×

Tren Global Herbal, Peneliti Sebut Ini Peluang Buat Indonesia

Sebarkan artikel ini

JABARNEWS | JAKARTA – Obat-obatan alami atau herbal saat ini mulai dilirik oleh dunia, Indonesia yang kaya akan alam ini dinilai berpeluang menggarap investasi di bidang farmasi khususnya obat herbal.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta mengatakan tren herbal tradisional ini juga jadi langkah yang disasar ke depan di industri farmasi.

“Obat-obatan alami dinilai lebih aman bagi kesehatan dan dampaknya lebih kompleks bagi kesehatan,” ujar Andree Surianta, Pada webinar bertema “Menumbuhkan kehadiran dan peran Indonesia di Rantai Pasok Global Masa Depan” Kamis (09/07/2020).

Baca Juga:  Bangkit Pasca Lockdown, Pengusaha Asal Surabaya Iwan Sunito Buat Terobosan Ini

Andree mengemukakan perusahaan farmasi lokal seperti Kalbe Farma pun kini tengah membidik peluang bisnis obat tradisional tersebut.

Kendati demikian, ada beberapa yang perlu jadi perhatian dalam bisnis tersebut, yakni pengembangan penelitian intensif serta pasokan bahan bakunya. Hal itu perlu dilakukan lantaran industri herbal membutuhkan pasokan logistik yang stabil dibanding obat-obatan kimia.

Baca Juga:  Yuk Simak Sinopsis Pennyworth yang Bakal Tayang Ekslusif di Warner TV

“Tapi saya percaya kita punya peluangnya dan kalau memang mau serius kita harus fokus pada apa yang bisa kita lalukan untuk meningkatkan peluang ini. Jangan lupa juga bahwa kita tidak sendiri karena ada China yang memang sudah terkenal dengan herbalnya,” kata Andree.

Sementara itu Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Siswo Pramono menjelaskan berdasarkan penelitian yang dilakukan lembaganya, herbal dan rempah-rempah serta jamu punya nilai komparatif yang tinggi dan punya daya saing besar dalam analisis pasar.

Baca Juga:  Kasus Covid-19 di Purwakarta Dalam Dua Hari Terakhir

“Kalau dilihat dari total ekspor produk farmasi sebesar 1,3 miliar dolar AS, 32 persennya merupakan produk campuran dan noncampuran untuk produk terapi. Kita juga sudah ekspor banyak ke Afrika. Jadi ada banyak potensi untuk mengembangkan bisnis ini,” kata Siswo. (Red)

Tinggalkan Balasan