Daerah

Kisah Harian Sopir Truk Sampah Bandung: 7 Tahun Setia, Kadang Tidur di Mobil Demi Kota Bersih

×

Kisah Harian Sopir Truk Sampah Bandung: 7 Tahun Setia, Kadang Tidur di Mobil Demi Kota Bersih

Sebarkan artikel ini
Kisah Harian Sopir Truk Sampah Bandung: 7 Tahun Setia, Kadang Tidur di Mobil Demi Kota Bersih
Antrean panjang di TPA Sarimukti adalah pemandangan sehari-hari yang penuh kesabaran. Setiap truk yang mengantre adalah cerita tentang perjuangan yang tak terlihat untuk menjaga kenyamanan warga Bandung di hari ini. Mereka menunggu, agar kota tidak menunggu.

 

JABARNEWS| BANDUNG – Setiap pagi, dari TPS Binongjati, perjalanan panjang Jali dimulai. Tujuannya satu: memastikan sampah tidak mengganggu kenyamanan warga Bandung. Sudah tujuh tahun ia menjalani ritme ini, sebuah pilihan yang lebih dari sekadar mencari nafkah. Ini adalah bukti kesetiaan pada kota. “Kadang sampai dua hari enggak pulang. Tidur di mobil, makan seadanya. Tapi kerja mah kudu jalan,” tuturnya dengan sikap rendah hati yang inspiratif. Dalam kesederhanaannya, Jali dan kawan-kawannya adalah pengingat akan makna sesungguhnya dari pengabdian dan cinta pada kota.


“Kadang sampai dua hari enggak pulang. Tidur di mobil, makan seadanya. Tapi kerja mah kudu jalan.” – Rusman (Jali), 43 tahun. Sudah 7 tahun setia mengemudi, ia adalah salah satu dari banyak pahlawan yang memastikan sampah Kota Bandung terangkut. Dedikasinya adalah pelajaran tentang cinta kota.

Ritme Tanpa Henti di Jalan Raya

Perjalanan mereka adalah denyut nadi yang tak pernah berhenti bagi kebersihan Bandung. Sejak pagi buta hingga larut malam, truk-truk sampah itu hilir mudik bagai konvoi pejuang yang tak kenal lelah. Mereka membawa muatan yang tak sedap dipandang, namun justru sangat penting untuk memastikan kenyamanan jutaan warga. Di balik kemudi kendaraan besar itu, para sopir seperti Jali bekerja tanpa banyak sorotan, menjadi garda terdepan dalam pertempuran melawan tumpukan sampah.

“Dari TPS Binongjati saya berangkat pagi. Kadang bisa sampai malam, kadang malah nginep di sini. Tapi namanya tanggung jawab, tetap harus dijalankan,” ujar Rusman (43), atau yang akrab disapa Jali, sambil tersenyum saat ditemui di TPA Sarimukti. Senyumnya itu menyimpan cerita panjang tentang dedikasi yang tak kenal waktu.

Antrean Panjang dan Pengabdian yang Lebih Panjang Lagi

Tujuan akhir semua perjalanan itu adalah TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat. Di sini, puluhan truk dari berbagai penjuru Bandung Raya berkumpul, menunggu giliran untuk membongkar muatannya. Namun, proses ini tidak selalu berjalan lancar. Area pembuangan yang menyempit membuat truk hanya bisa bermanuver satu per satu, sehingga menimbulkan antrean yang panjang dan memakan waktu.

Baca Juga:  Pocari Sweat Run 2025: Ketika Olahraga dan Gerakan Menabung Sampah Berpadu Mewujudkan Kota Bersih

“Kadang antre agak lama, jadi ya kita istirahat di truk sambil ngobrol sama teman-teman yang penting tetap sabar dan kerja bareng supaya sampah dari kota bisa segera diangkut,” cerita Jali.

Kesabaran bukan hanya sekadar kata, tetapi sebuah keharusan dalam keseharian mereka. Tak jarang, antrean ini memaksa Jali dan rekan-rekannya untuk rela menginap di area TPA.

“Kadang sampai dua hari enggak pulang. Tidur di mobil, makan seadanya. Tapi kerja mah kudu jalan. Warga butuh kota yang bersih,” katanya dengan penuh keyakinan.

Dua Dekade di Balik Setir: Lebih dari Sekadar Pekerjaan

Tidak jauh dari lokasi Jali, terdapat sosok lain dengan dedikasi yang bahkan lebih lama. Rohmat (51) telah menghabiskan dua puluh tahun hidupnya di balik setir truk sampah. Ia adalah bukti hidup bahwa pekerjaan ini adalah sebuah bentuk pengabdian yang tulus. Rohmat biasanya berangkat dari kawasan Jalan Sudirman sekitar pukul 10 pagi dan, karena kondisi antrean, hanya bisa mengangkut satu rit sehari.

“Kerja ini memang berat, tapi sudah jadi bagian hidup saya. Kalau di sini lancar, di kota juga bersih. Itu yang bikin semangat,” katanya. Bagi Rohmat, ini bukan sekadar urusan mencari nafkah. Lebih dari itu, pekerjaan ini menjadi wujud kontribusinya terhadap kebersihan dan kenyamanan kota yang dicintainya. “Kadang orang cuma lihat truknya lewat, padahal di balik itu ada banyak perjuangan. Kita cuma ingin warga Bandung nyaman,” tambahnya, menggambarkan betapa peran mereka seringkali tak terlihat, tetapi dampaknya dirasakan oleh semua orang.

Baca Juga:  Optimalkan Pengangkutan dan Pemilahan Sampah, DLH Kota Bandung Kumpulkan Petugas Kebersihan

Upaya Kolaboratif di Balik Layar

Menghadapi tantangan operasional di TPA Sarimukti, Pemerintah Kota Bandung tidak tinggal diam. Mereka terus berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui UPTD Pengelolaan Sampah TPA Regional (PSTR) Sarimukti. Tujuannya jelas, yaitu menjaga kelancaran ritme pengangkutan sampah yang menjadi nafas kota.

Sebagai bagian dari solusi, sejumlah langkah perbaikan pun dilakukan. UPTD PSTR DLH Provinsi Jawa Barat, misalnya, telah membangun landasan manuver baru untuk memperlancar proses bongkar muat. Selain itu, dilakukan pula penataan area pembuangan dan peningkatan fasilitas pendukung agar proses yang ada bisa berjalan lebih efisien. Meskipun demikian, upaya ini adalah sebuah perlombaan melawan volume sampah yang terus bertambah setiap harinya.

Dampaknya Terasa: Peringatan dari Tumpukan Sampah

Di lapangan, dampak dari segala keterbatasan ini sudah mulai dirasakan oleh warga Kota Bandung. Belakangan, muncul keluhan mengenai sampah yang menumpuk di beberapa Titik Pembuangan Sementara (TPS). Fenomena ini menjadi pengingat nyata betapa rentannya sistem kebersihan kota dan betapa krusialnya peran setiap rantai dalam proses ini.

Baca Juga:  Final Piala Presiden 2025, Dedi Mulyadi Ajak Warga Jadi Penonton dan Dukung UMKM

Jali, yang memahami betul siklus ini, mencoba mengajak semua pihak untuk memahami. “Ya harap dimaklumi. Sampah itu enggak bisa diajak main. Sehari aja enggak keambil, sudah numpuk segunung,” katanya. Ungkapan ini bukan keluhan, melainkan sebuah realita yang harus dihadapi bersama.

Sebuah Harapan: Kolaborasi untuk Bandung yang Lebih Bersih

Pada akhirnya, pesan yang coba disampaikan oleh Jali dan kawan-kawannya sangat jelas: kebersihan Kota Bandung adalah tanggung jawab bersama. Para sopir truk sampah telah memberikan segalanya di garis depan, namun perjuangan mereka akan sia-sia tanpa dukungan dari masyarakat.

“Kami cuma harap warga juga bantu. Pisahkan sampah dari rumah, jangan buang sembarangan. Itu bakal sangat membantu,” pinta Jali. Langkah sederhana seperti memilah sampah organik dan anorganik dari rumah dapat secara signifikan meringankan beban mereka dan mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA. Dengan demikian, masyarakat dapat langsung berkontribusi dalam mempercepat proses pengangkutan dan menjaga kelestarian lingkungan.

Sore pun mulai turun di Sarimukti. Satu per satu truk berhasil membongkar muatannya dan mulai keluar dari area pembuangan, bersiap untuk kembali ke Bandung. Namun, bagi para penjaga kebersihan ini, hari belum benar-benar usai. Esok pagi, ketika kota baru saja terbangun, perjalanan panjang mereka akan dimulai lagi. Mereka akan kembali menjemput sampah dari setiap sudut kota, dengan setia dan penuh semangat, demi satu misi mulia: menjaga agar Bandung tetap bersih dan nyaman untuk semua.(Red)