Badan Geologi Sebut Aktivitas Gunung Tangkubanparahu Belum Alami Peningkatan Signifikan

Ilustrasi, Gunung Tangkuban Parahu (Istimewa)

Pada tanggal 12 Februari 2022 sejak pukul 11:43 WIB teramati hembusan asap berwarna putih dari Kawah Ecoma dengan intensitas tipis hingga kuat dengan tinggi mencapai 100 meter dari dasar kawah, sedangkan pada tanggal 13 Februari 2022 teramati asap berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi asap 20 – 60
meter dari dasar kawah.

Baca Juga:  Ruang Penanganan Covid-19 di RSHS Penuh, Pasien Masih Ada Yang Mengantre

Kegempaan Gunung Tangkubanparahu didominasi oleh Gempa Hembusan yang berkaitan dengan aktivitas permukaan. Seismograf merekam juga getaran menerus yang diakibatkan oleh hembusan gas maupun angin/noise.

Energi seismik yang diestimasi berdasarkan perata-rataan nilai amplitudo seismic (Real time Seismic Amplitude Measurements/RSAM) menunjukkan fluktuasi tetapi
belum teramati adanya peningkatan yang signifikan.

Baca Juga:  Badan Geologi Beberkan Analisis Gempa Garut, Ternyata Penyebabnya

Berdasarkan estimasi nilai koherensi seismik Stasiun RTU, pada bulan Februari 2022 menunjukkan adanya penurunan nilai koherensi yang terjadi akibat peningkatan tekanan pada tubuh Gunung Tangkubanparahu. Hal ini mengakibatkan perubahan pada medium seperti terbentuknya rekahan sehingga hembusan asap keluar di Kawah Ecoma.

Baca Juga:  Ini Langkah DKPP Jabar Tekan Penyebaran PMK Pada Ternak

Pola ini juga teramati sebelum erupsi Juli 2019, saat itu disertai peningkatan kegempaan vulkanik yang signifikan namun pada Februari 2022 ini tidak teramati adanya peningkatan kegempaan. Data pemantauan seismik mengindikasikan belum adanya intrusi magma yang signifikan, peningkatan yang terjadi masih bersifat transien (sementara).