Badan Geologi Sebut Aktivitas Gunung Tangkubanparahu Belum Alami Peningkatan Signifikan

Ilustrasi, Gunung Tangkuban Parahu (Istimewa)

Hasil pengukuran deformasi dengan metode EDM (Electronic Distance Measurement) menunjukkan pola relatif memendek (deflasi) pada jarak miring antara PARK – LRNG, sedangkan pada jarak miring PARK – UPAS datar atau tidak ada perubahan. Hasil pengukuran deformasi dengan metode tiltmeter berfluktuasi namun relatif mendatar yang mengindikasikan belum adanya perubahan aktivitas yang signifikan. Data pemantauan deformasi mengindikasikan belum adanya akumulasi tekanan yang signifikan.

Baca Juga:  250 Orang Saksi Kasus Pajak Dana Desa, Diperiksa Kejari Kabupaten Cirebon

Hasil pengukuran temperatur di lereng Kawah Ratu mengalami peningkatan
pada tanggal 12 Februari 2022 dan hasil pengukuran suhu tanggal 13 Februari 2022, temperatur kawah kembali menurun. Peningkatan temperatur yang terjadi pada 12 Februari 2022 masih bersifat transien (sementara).

Baca Juga:  Badan Geologi Beberkan Analisis Gempa Garut, Ternyata Penyebabnya

Hasil pengukuran konsentasi gas CO2 relatif stabil, sedangkan konsentrasi gas H2S relatif menurun. Rasio gas C/S pada tanggal 12 Februari 2022 mengalami peningkatan. Hasil pengukuran konsentrasi gas H2S pada tanggal 13 Februari 2022 mulai menunjukkan peningkatan dan rasio gas C/S menurun jika dibandingkan dengan rasio gas C/S tanggal 12 Februari 2022.

Baca Juga:  Banjir Rendam Ratusan Rumah di Serdang Bedagai

Data pemantauan geokimia menunjukkan adanya peningkatan temperatur (sementara) pada sistem bawah permukaan Gunung Tangkubanparahu, namun peningkatan yang terjadi belum menerus. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi fluida magmatik dalam aktivitas kali ini belum signifikan. ***