Dedi Mulyadi Sarankan Setiap Makanan Tradisional Harus Memiliki Brand

JABARNEWS | JAKARTA – Budayawan Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan usul kepada pemerintah agar melakukan branding terhadap makanan tradisional. Hal sekaligus pembuktian keberpihakan pemerintahan Joko Widodo terhadap kaum tradisionalis yang konsisten memproduksi makanan tersebut.

Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf tersebut menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara dalam sebuah diskusi. Tepatnya, Seminar Nasional Gastronomi Indonesia di Gedung Sekretariat Kabinet, Jalan Veteran No 18, Jakarta Pusat, Selasa (23/10/2018).

“Makanan itu bagian dari identitas kebangsaan. Saya kira harus dibranding karena langkah itu merupakan bentuk pengamalan kita terhadap ideologi Pancasila. Tanpa branding, kuliner kita akan sulit bersaing dengan produk kuliner bangsa lain,” katanya.

Baca Juga:  Polres Purwakarta Bantu Pemudik yang Sakit saat Terjebak di Tol Cipali

Dedi Mulyadi berbicara dalam kapasitasnya sebagai Mantan Bupati Purwakarta dua periode. Saat memegang jabatan itu, pria yang lekat dengan iket Sunda tersebut sukses mem-branding makanan khas Purwakarta, Sate Maranggi.

“Saya melakukan diplomasi maranggi sampai ke Amerika Serikat. Komunitas di sana memperkenalkan maranggi ke publik negeri Paman Sam. Mereka menyebutnya OMG, Original Maranggi Grill,” ujarnya.

Kesuksesan diplomasi maranggi sangat dirasakan para pedagang maranggi di Purwakarta. Sebab, makanan khas Purwakarta itu menjadi buruan warga Amerika dan diberitakan secara massif. Akibatnya, banyak penggemar kuliner yang merasa penasaran atas makanan tersebut.

“Sekarang kalau jalan-jalan ke Purwakarta tapi belum menikmati maranggi, itu kurang lengkap rasanya. Akhirnya orang penasaran dan mencari-cari. Itu baru satu produk, bayangkan kalau produk kuliner lain juga seperti itu,” tuturnya.

Baca Juga:  Lokasi SIM Keliling Purwakarta Hari Ini Jumat 13 Januari 2023

Peserta seminar yang terdiri dari pegawai kementerian, provinsi dan kabupaten/kota tampak antusias mendengarkan paparan Dedi Mulyadi. Mereka bahkan memberikan standing applause sebagai apresiasi atas gagasan yang disampaikan.

Sejarah maranggi pun tak luput dari pembahasan Ketua DPD Golkar Jawa Barat tersebut. Menurut dia, maranggi tercipta dari kondisi prihatin masyarakat yang sedang mengalami kekurangan daging. Sehingga, daging dipotong kecil-kecil dan dibakar di atas perapian sederhana.

“Maranggi itu buah tangan kreatif seorang ibu yang hidup di tengah kondisi kekurangan daging. Kreativitas itu melahirkan makanan khas yang kini dinikmati semua orang,” katanya.

Baca Juga:  Rumah Makan di Ciamis Dilarang Buka Siang Hari, Begini Sanksinya Jika Melanggar

Menurut Dedi, sektor pendidikan harus memiliki fokus terhadap pemeliharaan dan pengembangan khazanah kuliner nusantara. Pendidikan berlandaskan kebudayaan menurut dia akan menciptakan banyak sarjana di bidang kuliner berkualifikasi mumpuni.

“Saat menjajah Indonesia, Belanda memproyeksikan sektor pendidikan untuk kepentingan kolonial. Artinya, output pendidikan di Indonesia ini harus disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi, kultur menjadi pijakan kuat. Sarjana itu gak mesti melulu politik, hukum dan ekonomi, harus ada sarjana kuliner,” katanya. [jar]

Jabarnews | Berita Jawa Barat