Kata Setiawan Wangsaatmaja Ibu Miliki Peran Sentral dalam Ekonomi Sirkular Persampahan

Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja. (Foto: Istimewa).

“Kalau kita tumpukan itu jauh lebih tinggi dari Monumen Nasional (Monas) di Jakarta. Hal ini masalah karena lahan kita untuk menampung sampah, apabila tidak dikelola sebelumnya, itu tidak pernah akan cukup memenuhi harapan kita,” tuturnya.

Padahal, menurut Setiawan Wangsaatmaja, sampah yang dihasilkan orang Indonesia pada umumnya adalah sampah organik yang sebenarnya bisa diuraikan oleh bakteri pengurai.

Baca Juga:  Sungai Cilamaya Tercemar Limbah Asal Purwakarta, Ini Kata Dedi Mulyadi

“Artinya kita punya harapan. Kita bisa mengolah sampah yang organik ini, misalnya, sejak dari rumah. Yang plastik bisa kita pilah, lalu kemudian sekarang sudah banyak bank-bank sampah yang mengambil dan deliver ke tempat-tempat pengolahan, khususnya untuk plastik,” ucapnya.

Baca Juga:  Seluruh OPD Kota Bandung Kini Bisa Akses Data Kependudukan

“Sekarang sudah banyak juga perusahaan-perusahaan, misalnya, yang bisa mengambil sifatnya ‘electronic waste.’ Tapi yang terpenting bagaimana kita bisa mengelola dari rumah sebelum dibawa transporter,” tambahnya.

Baca Juga:  67 Tahun Peringatan KAA, Uu Ruzhanul Ulum: Momentum Bangkitkan Semangat Perdamaian Dunia

Selain sampah organik dan plastik, Indonesia pun memiliki masalah soal sampah makanan atau food waste. Saat ini, Indonesia berpredikat sebagai pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. (Red)