Sekretaris Sidang Dewan Juri Sony Riza Windiagiri menjelaskan, pasanggiri ini sebuah ajang kontestasi yang digelar oleh Yayasan Cangkurileng dan DPD PDI Perjuangan Jawa Barat yang berharap adanya evaluasi dari setiap daerah yang mengadakan pelatihan-pelatihan sesuai amanat Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan dan harus merawat juga melestarikan budaya.
“Jadi, kegiatan ini salah satu bentuk pelestarian seni dan budaya, utamanya seni kawih. Kawih itu salah satu jenis vokal Sunda yang sebetulnya memang sudah ada sejak dahulu, tapi embel-embel wanda anyaran karena ada nama pencetusnya, yakni Koko Koswara,” terangnya.
Hal itulah yang membedakan kawih-kawih klasik dan wanda anyaran. Karya Koko Koswara dari generasinya ke bawah disebut wanda anyaran.
Dia pun merasa bangga melihat kondisi saat ini dimana generasi muda banyak yang tertarik pada budaya kawih. Sebab, di eranya saat itu setiap kali ada pasanggiri tak sebanyak saat ini.
“Saya melihat mulai ada peningkatan dari segi kualitas dan kuantitas. Saya sempat ikut pasanggiri sejak 2004 tapi tak sebanyak saat ini. Saya berterima kasih pada PDI Perjuangan Jawa Barat yang sudah peduli pada lagu-lagu kawih Mang Koko dan generasi seterusnya untuk tetap melestarikan,” tuturnya.