Pasien Korban Pelecehan Terus Meningkat

JABARNEWS|BANDUNG -Selama tahun 2016/2017 Psikologi Lia Dinia Hakim mengaku banyak menerima keluahan pasien pelecehan Bahkan sempat ada satu keluarga kelima anak lelakinya adalah korban sodomi.

“Mirisnya 95% korban itu adalah muslim. Makanya kepada para orangtuanya agar diperhatikan prestasi sekolah atau perilaku anaknya yang aneh. Karena bisa dari situ terlihat hanya mungkin si anak takut lapor,” jelas Lia dalam seminar parenting bertema ‘Lindungi Anak Dari Penyimpangan’ di pesta buku Landmark, Jl Braga, Bandung, Jumat (02/03/2018).

Lia pun menyampaikan , pernah ada pengalaman pasiennya masuk sekolah bagus di Jakarta namun ternyata disekolahnya itu dilecehkan (disodomi).

“Nah ada lagi orang tua yang membiarkan anaknya menonton video tak senonoh. Karena mudah diakses di YouTube tanpa didampingi, sejak dia di TK hingga kelas 1 SD, akhirnya kecanduan,” jelasnya lagi seraya mengatakan gedet penting agar tidak gaptek (gagap teknologi) tetapi pemakaian dan pemanfaatannya harus diperhatikan dan dipertanggungjawabkan.

Sedang menurut praktisi kesehatan dr Sonny Ramdani, arti penyimpangan itu keluar dari jalur seharusnya. Bicara soal penyimpangan seks, kata sonny, dari anak-anak sampai orang tua baik di warkop, warteg, dan cafe banyak yang membicarakannya. Walaupun masih tabu bagi sebagaian masyarakat.

Baca Juga:  Masuki Masa Transisi Musim Penghujan, Waspadai Bencana Alam di Kota Bandung

“Sebenarnya bukan tabu. Hanya perlu diingat bicara seks itu berati bicara anatomi tubuh bicara fisiologis, bicara kultur, dan hubungan antar manusia. Bicara tubuh kenalkan pada anak apa itu venis dan vagina jangan diganti dengan ungkapan lain,” jelasnya.

Lalu ajarkan juga anak akan alat kelaminnya agar jangan dilihat siapapun kecuali ibunya. Dan harus diajarkan dari kecil terutama saat main boneka-bonekan agar dampingi.

“Perlu juga dilihat seks dari identitas misal saya lelaki tapi secara kromosom saya perempuan, cari tahu dulu apa demikian atau tidak,” tegasnya.

Kemudian ketahui juga orientasi seksnya. Kata Sonny, sejak tahun 1970 an, gay, beseks, dan transgender (LGBT) bukan penyakit tapi orientasi sama halnya dengan heteroseks.

Karenanya kembali ke agamanya, boleh tidak, sebab normalnya laki-laki dengan perempuan. Seharusnya venis ke vagina. Tapi bagi LGBT venis ke anus.

Baca Juga:  Ternyata Ini, Cara Memilih Tepat Sepatu Buat Cowok

Menurutnya 99 anak terpengaruh akibat menonton video tak senonoh. Seperti kasus pasien yang pernah ditanganinya. Anak baru masuk sekolah, bullying- nya masturbasi berjamaah, ditonton, diajari, dan sebelumnya diberi tontonan oleh seniornya soal itu. Mirisnya itu terjadi di sekolah pinggiran kota.

Karenanya Sonny menyarankan agar orang tua mengajarkan kesehatan reproduksi. Ajarkan anak menjaga dan bagaimana melawan pelecahan itu.

“Di pesantren juga banyak LGBT. Karenanya kami baru membentuk di 6 pesantren, layanan berbasis komunitas. Sebaai, pintu pertama anak yang mengalami pelecehan untuk melaporkannya. Dan ini adalah kewajiban pemerintah memberikan edukasi kesehatan reproduksi,” tegasnya.

Sonny pun menyarankan agar mengetahui bagaimana harus bersikap, karena anak-anak akan berubah. Misal dari suara atau mulai mengenal perempauan, jangan sampai beli buku lalu dipraktekkan.

“Ada tim jago basket mendadak kalah. Saya tanya kenapa padahal lawan sangat tidak sepadan, ternyata tim itu habis masturbasi masal karena ada informasi disebuah buku bahwa setelah masturbasi bisa meningkatkan stamina kenyatannya malah sebaliknya,”ungkapnya.

Baca Juga:  Prajurit TNI Latih Petugas Pengibar Bendera

Masih kata Sonny itu berarti ad informasi yang terputus ke mereka. Dan harus diingat oelecehan bukan hanya fisik, tapi berbicara, menulis gambar alat kelamin itu juga pelecehan.

Selain Lia dan Sonny pada seminar diadakan Pusat Zakat Umat (PZU) itu, narasumber lain yakni Praktisi Edukasi Keluarga sekaligus Ketua Umum Pemudi Persis Gyan Puspa Lestari mengatakan mengajarkan seks pada anak jangan tabu.

Bukan hanya akal dan ahlak tapi jasadnya juga harus diperhatikan. Makanya ajarkan anak tarbiyah imaniah (Pendidikan Anak).

“Kekerasan itu bermula dari mata. Makanya Islam mengajarkan pria agar menundukkan pandangan, jaga matanya dari hal-hal yang diharamkan. Mata itu prangko zina, jika tidak bisa menjaga maka orang itu terjerumus kehinaan. Ajari anak menutup auratnya dari kecil,” jelasnya. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat