“Jadi dosen memberikan delapan nama (desa) lalu kita kocok untuk depalan kelas dan mereka dua minggu kemudian melakukan survei,” tambahnya.
Ratih menerangkan, acara Urban Village ini adalah penilaian untuk manajemen event. Sebelumnya, mahasiswa di delapan kelas melakukan event offline ke sekolah-sekolah yang tergantung kepada pentahelix dan stakeholdernya.
“Ada yang ke SD, ke SMA, ada yang ke SLB, ada yang ke UMKM, tergantung kepada pentahelixnya setiap desa berbeda-beda,” terangnya.
Ratih berharap, desa-desa yang sudah dilakukan branding dan promosi bisa melakukan kerjasama lanjutan.
“Mungkin para dosen yang akan melatih mereka membuat produknya secara pengemasan lalu mempromosikan di media sosial, itu bisa kita lanjutkan di semester berikutnya,” tandasnya. (Red)