“Korban bukan orang wilayah sini. Dia datang ke kosan itu karena memang laki-lakinya kos di sini. Perempuan itu masih belia sekitar 14 tahun. Sempat orang tuanya dan keluarganya mencari-cari,” ucapnya.
Selaku ketua RT, Yuhana merasa kecolongan. Namun, dia mengatakan di kosan tersebut memang sering kali terjadi kegaduhan dan sering mengganggu warga sekitar. Terkadang, katanya, sering ada keributan, seperti ada yang mabuk hingga berkelahi.
“Saya berkali-kali menengahi masalah yang ada di sana ketika ada keributan dan banyak tetangga yang komplain. Saya juga sering menegur pemilik kosan dengan memberikan peringatan dan ultimatum,” katanya.
Dia juga menyarankan kepada pemilik kos untuk lebih menerima penghuni yang telah berkeluarga dibanding penghuni yang masih remaja atau belum menikah. Di kosan tersebut juga, Yuhana mengatakan pemilik kosannya sempat kehilangan kendaraannya.
“Nah, untuk kasus yang sekarang jujur tak menduganya. Tapi, soal lokasi mereka berhubungannya di kosan itu atau bukan, saya tak tahu. Saya harap ke depannya ada tindakan dari kepolisian untuk kosan itu karena sering menggangu tetangga,” katanya.
Ketika disinggung terkait para penghuni kos tersebut atau warga pendatang yang tinggal di wilayah itu melakukan pelaporan kepadanya sebagai ketua RT, Yuhana pun mengaku banyak penghuni yang tak melapor.