Imbas PSBB Jakarta, Petani Sayuran di KBB Keluhkan Ini

JABARNEWS | BANDUNG – Imbas Oembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di DKI Jakarta, sejumlah kalangan petani di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengeluhkan penjualan hasil panennya yang mengalami penurunan harga.

Petani di KBB biasanya menjual sayuran dari hasil panen mereka ke Jakarta dan sekitarnya. Namun semenjak adanya kebijakan PSBB Jakarta yang diberlakukan mulai tanggal 14 September lali, petani KBB mulai merasakan dampak PSBB tersebut.

Pasalnya produk sayuran dan buah-buahan petani di KBB banyak yang disuplai ke pasar, hotel, restoran, atau acara-acara pernikahan dan jamuan besar di Jakarta yang saat ini kembali menerapkan PSBB.

Baca Juga:  Pj Bupati Purwakarta Targetkan UPTD Puskesmas Plered Rampung Mei 2018

“Kita kan baru bangkit, baru merasakan kondisi normal, sekarang ada PSBB lagi di Jakarta. Otomatis ini berdampak kepada penjualan hasil panen,” kata salah seorang petani sayuran di Desa Jambudipa, Cisarua, KBB, Aan (48), Sabtu (19/9/2020).

Petani lainnya, Wisnu Saepudin (26) menilai PSBB membuat akses kendaraan pengangkut sayuran ke Jakarta dan sekitarnya jadi dibatasi. Ini yang membuat produk Paprika yang dipanen, harganya akan anjlok kembali akibat stok barang banyak karena tidak terserap.

Baca Juga:  Umuh : Selama Kompetisi Belum Selesai, Peluang Juara Masih Ada

“Sejak Maret lalu harga jual Paprika merah, hijau, dan kuning, anjlok hanya Rp5.000/kg. Baru bulan ini harganya normal lagi Rp3.000/kg, tapi adanya PSBB ini bisa jadi kembali turun,” kata petani asal asal Kampung Barunyatu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, KBB.

Menurutnya selama pandemi COVID-19, permintaan pasar juga merosot tajam dari 1-1,5 ton/hari menjadi hanya 5 kuwintal. Kondisi itu yang membuat petani Paprika merugi karena jangankan memikirkan laba, menghrapkan modal balik lagi juga sulit. Sehingga banyak petani yang menahan masa tanam daripada merugi.

Baca Juga:  Lagi! Kepala Daerah Terpapar Covid-19

Sejauh ini, lanjut dia, komoditas sayuran jenis Paprika lebih banyak diminati untuk kebutuhan hotel, restoran, serta pesta pernikahan, atau ke super market besar. Sementara untuk pasar ekspore saat ini belum tergarap. Sebab aksesibilitas dan daya dukung ke arah sana masih belum dipahami akibat minimnya sosialisasi.

“Untuk pasar ekspore kami siap saja kirim, cuma caranya bagaimana belum tahu dan belum ada pengarahan dari pemerintah. Semoga aja pandemi COVID-19 segera berakhir agar sektor pertanian Paprika kembali bergirah dan bisa ekapore,” tuturnya. (Red)