Penanganan DBD dengan Nyamuk Wolbachia Lebih Hemat Anggaran hingga Ratusan Juta, Ini Penjelasannya

Nyamuk
Ilustrasi nyamuk Wolbachia. (Foto: Unsplash/Syed Ali).

Peneliti nyamuk wolbachia dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Adi Utarini mengungkapkan bahwa aktivitas fogging atau pengasapan di Yogyakarta berkurang drastis sejak dilakukan penyebaran nyamuk wolbachia. Pengurangan fogging itu pada akhirnya membuat pengeluaran daerah jadi berkurang.

Baca Juga:  Duh! Sampai Mei 2023, Kasus DBD di Bekasi Bertambah Jadi 366 Orang

“Karena tingginya kasus, fogging yang semula bisa 200 kali di tahun 2022, tapi kini hanya 9 kali tahun ini. Penghematannya bisa sekitar 200-an juta, sehingga biayanya bisa di realokasi untuk hal lain,” ungkap Prof Adi.

Penghematan lainnya juga terjadi karena jumlah pasien DBD yang rawat inap berkurang sampai 88 persen. Prof Adi mengatakan, hal tersebut pada akhirnya juga berdampak terhadap penggunaan biaya BPJS.

Baca Juga:  Polisi Hadiahi Timah Panas kepada Pelaku Curanmor Di Majalengka

Kasus DBD di Indonesia memang masih tinggi. Data Kemenkes pada 2023 tercatat ada 76.449 kasus DBD dengan 571 kasus kematian mulai dari Januari-November.

Baca Juga:  Diprediksi Meningkat, Begini Cara Mudah Melakukan Pencegahan Kasus DBD

Jumlah tersebut sebenarnya telah turun dibanding tahun lalu. Tahun 2022, dilaporkan ada 143.300 dengan 1.236 kematian. Kelompok umur dengan kematian tertinggi pada rentang usia 5-14 tahun.