Solusi Negara Bantu Pertamina Atasi Rugi Saat Minyak Naik dan USD Mahal

JABARNEWS | JAKARTA – Naiknya harga minyak dunia serta menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) beberapa waktu terakhir membuat keuangan PT Pertamina (Persero) dilanda kontraksi. Pertamina merupakan BUMN yang bertugas menyediakan, mengelola dan mendistribusikan BBM bagi seluruh masyarakat.

Sebagai korporasi, Pertamina tetaplah korporasi yang bisa mencetak laba ataupun merugi. Namun di sisi lain, Pertamina harus menuruti perintah dari pemerintah demi menjaga daya beli masyarakat.

Pertamina bisa saja menjual BBM dengan harga jual keekonomian, namun tugas Pertamina sebagai perpanjangan tangan pemerintah tak bisa diganggu gugat. Lalu apa yang dilakukan pemerintah untuk selamatkan Pertamina?

“Pemerintah ingin Pertamina menjadi National Oil Company kelas dunia yang dapat berdiri diatas kaki sendiri, itu visi kita,” ujar Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar seperti dikutip Jawapos.com.

Baca Juga:  Eksploitasi Capai 1053 Km2, Sirnalanggeng Tinggal Sepotong

Arcandra bilang meningkatkan kontribusi Pertamina dalam produksi migas nasional merupakan bagian dari roadmap untuk membesarkan Pertamina. Kontribusi Pertamina yang saat ini sekitar 23 persen akan ditingkatkan menjadi 39 persen pada tahun 2019 dengan adanya pemberian blok migas terminasi kepada Pertamina.

“Pemerintah telah memberikan 12 blok migas terminasi kepada Pertamina, termasuk Blok Mahakam, ONWJ, Tengah, Attaka, East Kalimantan, North Sumatera Offshore, Sanga-sanga, Southeast Sumatera, Tuban dan Ogan Komering. Terakhir, Blok Jambi Merang dan Raja-Pendopo yang diserahkan Mei 2018,” tambah Arcandra.

Menurut laporan Pertamina, dari 10 blok migas terminasi selain Mahakan dan ONWJ, perkiraan tambahan pendapatan Pertamina sebesar USD 24 miliar atau Rp 336 triliun (kurs USD = Rp14.000 )untuk 20 tahun kedepan.

Baca Juga:  11.250 Petak Tanah Di Kota Bandung Belum Tersertifikasi

“Ini tentu bisa mengompensasi isu keuangan Pertamina yang ramai dibicarakan belakangan ini,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Publik Kementerian ESDM Agung Pribadi.

Bahkan, untuk mengurangi beban keuangan Pertamina, Pemerintah juga telah mengusulkan untuk menambah subsidi solar. “Pada rapat kerja dengan Komisi VII DPR-RI, ESDM bersama DPR telah menyepakati kenaikan subsidi solar tahun ini menjadi Rp 2.000 per liter. Sedangkan untuk tahun 2019 menjadi maksimum Rp 2.500 per liter,” jelas Agung.

“Pemerintah pasti memperhatikan Pertamina. Tak mungkin ada pembiaran. Pemberian 12 blok migas terminasi, meningkatkan kontribusi produksi migas Pertamina dan upaya peningkatan subsidi solar merupakan sebagian upaya konkrit untuk meningkatkan kinerja Pertamina. Mendorong Pertamina menjadi perusahaan migas kelas dunia,” papar Agung.

Salah satu blok migas terminasi yang diberikan kepada Pertamina adalah blok Jambi Merang. Pada blok terminasi tahun 2019 tersebut, Pertamina memberikan komitmen investasi sebesar USD239 juta atau Rp 3,35 triliun.

Baca Juga:  Ke Purwakarta Gak Afdol Kalau Gak Nyicipin Ini...

Itu adalah komitmen investasi terbesar selama ini. Pada blok tersebut, Pertamina juga memberikan bonus tandatangan sebesar USD17,3 juta kepada Pemerintah atau sekitar Rp 242 miliar. Itu pun merupakan yang terbesar yang pernah ada.

Sebagaimana diketahui, sejak Januari 2017 hingga Juli 2018 terdapat 25 blok migas yang menggunakan kontrak skema gross split. Kontrak yang menggantikan skema cost recovery tersebut telah memberikan total komitmen investasi sekitar USD 1,28 miliar dan bonus tandatangan sebesar USD 74,8 juta. Blok Jambi Merang yang dikelola Pertamina merupakan kontributor terbesar. (Anh)

Jabarnews | Berita Jawa Barat