Jabar Kehilangan 100.000 Petani Produktif, DPRD Ungkap Penyebabnya

JABARNEWS | BANDUNG – Anggota Komisi II DPRD Provinsi Jawa Barat Ahmad Hidayat mengungkapkan, saat ini Jabar kehilangan 100.000 petani produktif. Hal tersebut terjadi akibat berkurangnya lahan karena alih fungsi lahan sehingga para petani memilih untuk beralih profesi.

Menurut Ahmad, hadirnya program petani milenial bisa menjadi salah satu solusi regenerasi petani di Jabar.

“Kurang lebih 100.000 petani di Jawa Barat ini hilang, ada yang meninggal, ada yang lahannya alih fungsi atau ada juga yang beralih profesi. Ke depan kalau ini tidak diantisipasi Jawa Barat akan menghadapi kelangkaan petani. Jadi tujuan petani milenial ini selain regenerasi juga untuk ketahanan pangan,” kata Ahmad dalam keterangan yang diterima, Minggu (1/8/2021).

Baca Juga:  Wakapolda Jabar Ambil Sumpah Tiga PNS Polri

Selain itu pihaknya juga menyoroti, beberapa hal teknis yang perlu diperbaiki sebagai upaya untuk mewujudkan program petani milenial yang lebih baik lagi kedepan.

“Kami komisi dua bersama-sama pemerintah provinsi perlu bekerja ekstra, karena memang menciptakan petani tinggal di desa rezeki kota itu bukan perkara mudah, ada kendala kendala lahan dan sebagainya,” ucapnya.

Baca Juga:  Kasus Covid-19 di Jabar Melonjak, Ridwan Kamil Usul Libur Idul Adha Ditiadakan

Terkait dengan peresmian program petani milenial tanaman hias yang baru-baru ini diresmikan Ahmad menilai program tersebut dilakukan untuk mengejar keterbatasan lahan yang selama ini menjadi kendala.

“Lahan 2000 meter bisa menghasilkan penghasilan 4 juta sebulan bagi petani. Saya kira programnya sudah cukup baik untuk awal. Kedepan kita perlu perbaiki bersama-sama,” ujarnya.

Baca Juga:  BMKG Prakirakan Sejumlah Wilayah Ini Akan Hujan Ringan Pada Siang Hari

Lebih lanjut, Anggota DPRD Jabar dari Fraksi Partai Golkar tersebut menegaskan, regenerasi petani menjadi target utama untuk kembali meningkatkan ketahanan pangan di Jabar.

“Sekarang kita targetnya meregenerasi petani dulu, membentuk mental petani. Karena berbicara bisnis di pertanian sulit, tidak mudah, dapat uangnya susah banyak tantangannya, setelah itu kita kejar ke target untuk ketahanan pangannya. Maka komoditi yang harus didorong bukan lagi tanaman hias tapi komoditi komoditi yang bisa dimakan,” pungkasnya. (Red)