Asal-usul Tradisi Barongsai Sebagai Pengusir Roh Jahat

JABARNEWS | BANDUNG – Berdasarkan kepercayaan tradisional masyarakat Tiongkok, singa adalah simbol keberanian, stabilitas, dan keunggulan. Tarian tradisional memakai kostum menyerupai singa disebut pula sebagai barongsai. Menurut Sejarah, tarian barongsai dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat. Monster, hantu, roh-roh jahat seperti Nian (monster) takut dengan suara keras.

Barongsai hadir sejak 1500 tahun lalu. Pertunjukan seni ini bermakna untuk mengusir hal-hal buruk yang akan terjadi. Ada beberapa versi sejarah Barongsai. Nian atau monster adalah versi yang paling populer.

Baca Juga:  Kata Jokowi Soal Usulan Tiga Nama Calon Pj Gubernur Jabar

Dalam suatu kisah pada masa Dinasti Qing, di sebuah wilayah di Tiongkok, ada monster yang mengganggu ketenteraman penduduk setempat. Kehadirannya sampai-sampai menimbulkan keresahan dan ketakutan.

Pada saat itu, muncul singa atau Barongsai yang menghalangi monster tersebut. Monster itu kalah dan lari tunggang-langgang. Singa itu pun pergi, meninggalkan penduduk yang sudah merasa aman.

Baca Juga:  Widodo Apresiasi Perjuangan Pemainnya

Ternyata, monster itu merasa sakit hati, dan berniat untuk membalas dendam, tetapi masyarakat tidak tahu-menahu. Setelah tahu, masyarakat dilanda panik. Mereka bingung, di mana singa yang dapat mengalahkan monster itu.

Akhirnya, mereka menciptakan kostum Barongsai seperti yang sering kita saksikan saat ini. Monster ketakutan, sekali lagi dia lari ketakutan. Masyarakat berhasil menyingkirkan sang monster.

Baca Juga:  Pajang Foto Pernikahan, Kiki Amalia Tulis Caption Romantis untuk Agung Nugraha

Hal tersebut mendasari kenapa Barongsai selalu hadir dalam perayaan Imlek. Kini, mengusir monster diibaratkan sebagai mengusir aura-aura buruk. Suara pukulan simbal, gong, gendang biasanya mengiringi gerak tari Barongsai.

Masyarakat percaya, tarian singa adalah pertunjukan yang membawa keberuntungan. Oleh sebab itu, tarian singa diadakan pada berbagai acara penting. Di antaranya, pembukaan restoran, pendirian klenteng, dan yang pasti Tahun Baru Imlek.

Penulis: Muhammad Amaluidn