Pustaka Nasional, Pustaka Tertinggi Di Dunia

JABARNEWS | JAKARTA – pantas bangga dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) yang berada di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Bukan hanya karena memiliki jutaan koleksi buku, tapi bangunan milik negara itu tercatat sebagai perpustakaan tertinggi di dunia.

Memiliki koleksi buku yang beragam dan lengkap, menjadikan Perpusnas sebagai salah satu destinasi sekaligus sasaran masyarakat untuk menambah daftar referensi bacaannya. Perpustakaan milik negara itu juga didukung dengan segala fasilitas dan layanan yang ramah untuk warga.

Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 14 September 2017, Perpusnas setiap hari selalu ramai dikunjungi oleh warga dari berbagai kalangan. Selain untuk mencari buku atau referensi tugas, perpusnas juga jadi lokasi bagi orang-orang untuk berdiskusi atau mengerjakan tugas.

“Paling ramai biasanya Sabtu dan Minggu,” kata karyawan Bagian Layanan Keanggotan Perpustakaan Nasional, Dwi dikutip dari okezone, Sabtu (30/6/2018).

Bangunan Perpusnas di Jalan Medan Merdeka Selatan itu memiliki 24 lantai dan 3 basement dengan ketinggian gedungnya sekira 126,3 meter. Jauh lebih tinggi dan luas dibandingkan dengan bangunan lama yang terletak di Jalan Salemba Raya, Jakarta.

Ketinggian gedung Perpusnas RI melampaui Shanghai Library Institute yang tingginya hanya 106 meter. Artinya rekor gedung perpustakaan tertinggi di dunia kini sah milik Indonesia.

Baca Juga:  Pahami Fungsinya, Inilah Perbedaan Dasar Paspor dan Visa

“Jadi tidak kaget kalau gedung Perpustakaan Nasional ini tertinggi di dunia untuk gedung perpustakaan,” kata Jokowi saat meresmikan Perpusnas setelah 2,5 tahun masa renovasi dan menelan dana Rp.465 Miliar.

Perpustakaan Nasional memiliki jutaan koleksi buku dengan segala macam kategori; bahasa, ekonomi, hukum, kewirausahaan, politik, antropologi, sosiologi, psikologi, kebudayaan, pancasila, komunikasi, agama, filsafat, sastra, pengetahuan umum, agama dan lain-lain.

Perpusnas dibuka setiap hari untuk umum, tak terkecuali tanggal merah atau libur kerja. “Setiap hari perpustakaan beroperasi dari pukul 08.30 WIB sampai 18.00 WIB. Tapi kalau ada perayaan hari besar jam kerjanya disesuaikan,” tutur Dwi yang selalu ramah melayani pengunjung.

Meskipun bangunannya super modern, Perpusnas tetap mempertahankan sentuhan nilai tradisional dan sejarah. Saat memasuki bangunan itu, masyarakat awalnya akan melihat gedung lawas dengan ukuran tak terlalu besar.

Rumah bergaya kuno itu ternyata merupakan bangunan pertama dari Perpustakaan Nasional. Gedung itu sengaja dipertahankan untuk mengenang sejarah pertama kali Indonesia memiliki perpustakaan.

Bangunan yang sejajar dengan Kantor Balai Kota DKI Jakarta tersebut dimanfaatkan untuk galeri pameran hasil seni dan koleksi dokumenter sejarah Indonesia dahulu kala serta foto tokoh pendiri bangsa; Soekarno dan Muhammad Hatta.

Galeri yang memiliki empat ruangan di dalamnya itu didominasi dengan foto-foto aktivitas pemerintahan Presiden Jokowi. Dokumentasi pertemuan kenegaraan dan peresmian infrastruktur era Jokowi bisa dilihat di sana.

Baca Juga:  Sejarah dan Delapan Pandangan Tentang Penamaan Hari Arafah

Setelah menikmati koleksi seni dibangunan tua, saat keluar dari pintu belakang, masyarakat baru melihat megahnya Perpusnas tertinggi dunia itu.

Tulisan “Perpustakaan Nasional Republik Indonesia” yang tertulis dalam empat Bahasa langsung menyambut masyarakat yang hendak masuk ke gedung bergaya modern itu.

Setelah melewati anak tangga dan pintu otomatis, pengunjung disajikan dengan figura foto dari sosok yang pernah menjadi presiden Indonesia. Melangkah sedikit ke depan, masyarakat akan melihat rak buku besar yang menembus hingga empat lantai.

Pengunjung akan langsung diarahkan ke lantai dua untuk mengurus layanan keanggotaan dan penelusuran informasi. Pada komputer yang disediakan, warga diminta untuk mengisi formulir guna mengurus kartu anggota perpusnas.

Tak dipungut biaya untuk mengurus administrasi tersebut. Semua pelayanan mudah diakses untuk masyarakat. Setelah meraih kartu anggota, pengunjung akan diminta menitipkan tas-nya apabila ingin menuju ruang baca. Maklum, untuk kenyamanan dan keamanan, warga dilarang untuk membawa ransel.

Biasanya, pengunjung ramai menuju lantai 21 dan 22. Tempat itu merupakan ruang penyimpanan koleksi buku dengan beragam kategori umum. Benar saja, ketika melihat sekeliling, ruangan itu cukup ramai didatangi pengunjung yang berburu buku bacaan yang diiinginkannya.

Baca Juga:  Pemkot Bandung Bakal Bangun Fly Over Lagi, Ini Lokasinya

Perpustakaan ini menyediakan ruang baca dan ruang diskusi. Modelnya pun disesuaikan dengan zaman kekinian. Suasananya pun sunyi, seperti perpustakaan biasanya dan dilengkapi dengan pendingin ruangan yang membuat pembaca semakin nyaman.

“Pengunjung ramai di lantai 21 dan 22, karena disana layanan umum dan sebagian besar disitu, seperti buku ekonomi, sejarah dan lainnya,” ujar Dwi.

Lantai itu bukan satu-satunya tempat favorit pengunjung. Tujuan selanjutnya adalah lantai 14 yang memiliki koleksi buku-buku langka. Setiap lantainya, perpusnas memiliki koleksi tersendiri. Bahkan, di lantai tujuh, terdapat ruangan khusus anak-anak dan para disabilitas, yang dilengkapi dengan buku huruf braile.

Lokasi favorit selanjutnya berada di lantai 24 perpustakaan nasional. Ruangan paling atas ini memiliki fasilitas executive lounge. Tempat ini menjadi spot ideal untuk mencari inspirasi atau berdiskusi.

Dengan konsep kaca tembus pandang, di lantai ini masyarakat bisa membaca buku sambil menikmati indahnya pemandangan area Monumen Nasional (Monas) dari atas. Di pelataran luar pun disediakan beberapa kursi untuk pembaca. Amboinya, angin sepoi-sepoi menambah kenyamanan membaca buku di perpustakaan nasional.

Tak hanya buku, perpustakaan ini juga menyajikan beberapa koleksi bersejarah lainnya. Seperti, monograf tertutup, koleksi naskah nusantara, koleksi foto, peta dan lukisan. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat