Meski begitu, Nana Suryana mengaku bahwa dalam penanganan kasus stunting juga memiliki kerumitan. Dia mencontohkan, misalnya dari sperma yang sehat dan tidak sehat bisa menimbulkan bayi lahir stunting.
Setelah berbicara dengan berbagai pihak terkait, ketika seseorang akan menikah biasanya akan stress untuk mempersiapkan acara pernikahannya. “Nah, justru pada saat stress itu sperma akan tumbuh tidak normal. Jadi persiapan untuk menikah pun perlu mendapat edukasi,” tuturnya.
Diketahui, berdasarkan data dari DPPKB Kota Banjar, dari tahun 2019 angka stunting di Kota Banjar mencapai 799 orang. Sedangkan, pada tahun 2020 kasusnya naik hingga mencapai 1.159 orang atau 9,3 persen. Selain itu, kasus paling banyak terjadi dalam wilayah Kecamatan Pataruman, yakni 496 orang. (Red)