Ia menyampaikan, museum tersebut juga dirancang memiliki ruang terbuka, sehingga pengunjung dapat memilih masuk ke dalam gedung atau berinteraksi di luar. Karenanya ada fasilitas seperti kafe, tempat berteduh dan lain sebagainya disiapkan.
Gedung Museum Tsunami Aceh tersebut, lanjut dia, merupakan salah satu bangunan terpenting dalam sejarah tsunami Aceh, serta terhadap dirinya pribadi selaku arsitek yang merancang bangunan megah tersebut.
“Memori bangunan ini sangat kuat, tapi yang namanya bangunan setiap lima tahun sekali tentu harus dirawat, di cat ulang, serta terus diperbaiki,” kata dia.
Menurut Kang Emil, Museum Tsunami Aceh ini juga dapat menambahkan koleksi temporer, sehingga gedung tersebut juga menjadi ruang edukasi, selain sebagai tempat mengingat bencana.
Dirinya juga mengapresiasi Pemerintah Aceh dalam hal ini Disbudpar Aceh yang telah merawat bangunan bersejarah itu secara baik, sehingga memberi kenyamanan bagi pengunjung.
“Saya mengapresiasi setelah peralihan dari pemerintah pusat kepada Dinas Pariwisata Aceh perawatannya sangat baik, antusias pengunjungnya juga luar biasa,” kata Kang Emil.