Sering Alami Nyeri Punggung? Bisa Jadi Ini Sebabnya

JABARNEWS | BANDUNG – Penyakit Ankylosing Spondylitis merupakan gangguan imun/penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan (artritis) pada sendi tulang belakang.

Penyakit ini dapat membuat ruas tulang belakang menyatu, sehingga penderita sulit bergerak, menjadi bungkuk dan mengalami kesulitan bernapas.

Berdasarkan sebuah penelitian, terdapat lebih dari 70% populasi dunia yang pernah mengeluhkan nyeri pinggang pada bagian bawah, namun tidak banyak yang menyadari bahwa ini mungkin saja merupakan gejala awal dari penyakit AS.

Penyakit AS yang memiliki prevalensi 0,2% di Asia Tenggara ini, tidak hanya menyebabkan gangguan kronis peradangan pada persendian, tetapi juga peradangan entesis, peradangan pada mata (uveitis), psoriasis, serta peradangan pada usus. AS adalah penyakit rematik inflamasi (inflammatory rheumatic) yang terkait dengan gen HLA-B27, yaitu gen kuat yang meningkatkan risiko beberapa penyakit rematik.

Baca Juga:  Kouta PPPK Guru Honorer Purwakarta Hanya 49 Orang, Fraksi PKB: Ini Terkecil di Jawa Barat

Dokter Ahli Penyakit Dalam bagian penyakit rematik dan autoimun, dr. Laniyati Hamijoyo, SpPD-KR., FINASIM mengatakan nyeri pinggang umumnya merupakan gejala awal penyakit AS, namun nyeri ini tidak disebabkan oleh pekerjaan, aktivitas, atau cedera tertentu. Seseorang dengan Gen HLA-B27 memang rentan terhadap penyakit AS, namun tidak semua orang dengan gen tersebut mengidap penyakit ini.

Salah satu cara, lanjut dia, untuk mengetahui bahwa orang memiliki gen tersebut atau tidak adalah dengan memeriksakan gen HLA-B27 ini melalui pemeriksaan darah di laboratorium.

“Kebanyakan pasien AS tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut. Biasanya mereka baru mengetahui dan memeriksakan diri setelah terjadi perburukan, seperti rasa sakit yang terus menerus hingga gangguan fungsi gerak tubuh, di mana hal ini biasanya terjadi beberapa tahun setelah pasien merasakan gejala awal,” kata dr. Laniyati saat webinar awam Novartis Indonesia bekerja sama dengan PHASE Academia Klinik Perisai Husada Bandung di aplikasi Zoom, Sabtu (15/8/2020).

Baca Juga:  Ahmad Syaikhu Digantikan Haru Suandharu Pimpin PKS Jabar

“Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat berperan penting dalam memperbaiki gejala (terutama rasa nyeri), fungsi gerak dan kualitas hidup pasien,” tambahnya.

Lebih jauh, dia menjelaskan, selain terjadi pada pinggang, pasien dengan AS biasanya juga mengalami gejala seperti peradangan (rasa sakit, dan kekakuan) di bagian bahu, pinggul, atau tumit dan kadang disertai pula dengan kondisi mudah lelah dan kehilangan energi untuk beraktivitas.

Karena sifatnya yang progresif, ungkap dr. Laniyati, pasien dengan AS sering kali merasakan sakit yang berpindah ke bagian tubuh lain, seperti pada lutut, pergelangan kaki dan siku. Pada pasien dengan AS berat terjadi penyatuan ruas-ruas tulang belakang (menyerupai batang bambu). Pria memiliki peluang lebih tinggi untuk menderita AS dibandingkan wanita, umumnya gejalanya mulai timbul pada usia 15- 45 tahun.

Baca Juga:  FIFA Minta PSSI Segera Gelar KLB

“Terdapat 3 penatalaksanaan yang tersedia saat ini untuk penyakit AS, antara lain melalui obat-obatan, terapi fisik, dan pembedahan,” ungkapnya.

“Terapi fisik merupakan kegiatan yang lebih umum diikuti oleh pasien AS karena bertujuan untuk memperbaiki kelainan pada postur tubuh, mencegah kecacatan, meningkatkan kemampuan pasien untuk kembali beraktivitas secara normal, juga mengurangi serta menekan rasa sakit dan peradangan,” tutupnya. (Rnu)