Angka Kematian Akibat Covid-19 di Kota Bandung Capai 50 Orang per Hari

JABARNEWS | BANDUNG – Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana menyebut, peningkatan kasus Covid-19 di Kota Bandung masih sangat tinggi. Hal itu terlihat dari jumlah orang yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 yang mencapai 50 orang per hari.

“Sejak 24 Juni berkisar 46-50 orang yang meninggal per hari. Padahal sebelumnya tidak lebih dari 10 orang,” kata Yana seusai Apel Persiapan Sidang on the street di Metro Indah Mall, Kota Bandung, Kamis (8/7/2021).

Baca Juga:  Warga Palasah Rame-rame Beli Tanah

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, biasanya penambahan kasus di Kota Bandung tidak lebih dari 100 orang per hari. Namun pada Rabu 7 Juli 2021 menyentuh angka 450 per hari.

“BOR (Bed Occupancy Rate) juga di atas 90 persen. Itu menunjukkan Rumah Sakit sangat penuh,” ungkapnya

Yana menjelaskan, pada akhir Mei lalu, ada 1.400 tempat tidur di 29 Rumah Sakit rujukan Covid-19. Saat ini sudah ditambah menjadi 2.266 tempat tidur. Namun masih tetap penuh oleh penderita Covid-19.

Baca Juga:  Mayat Perempuan Terikat Tali, Diduga Korban Pembunuhan di Asahan

“Kota Bandung terus berupaya mendorong Rumah Sakit rujukan mengkonversi tempat tidur perawatan non Covid-19 menjadi perawatan Covid-19,” jelasnya

“Sudah cukup banyak Rumah Sakit yang mengonversi sampai di atas 60 persen. Seperti RS Edelweiss menyentuh angka 73 persen tempat tidurnya dipergunakan untuk pelayanan Covid-19. Disana BOR-nya sudah di angka 103 persen,” tambahnya.

Karena hal tersebut, Yana meminta warga untuk mengurangi mobilitas saat pelaksanaan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, sehingga dengan inkubasi 14 hari dari 3 Juli sampai 20 Juli 2021, virus Covid-19 dapat mati.

Baca Juga:  Siswa SMPN 4 Ciasem Subang Jalani Tes Sambil 'Melantai'

Menurutnya, kunci utama menghentikan Covid-19 yaitu transmisi. Jika virus itu masih terdapat tubuh namun mobilitasnya tinggi, maka akan terus menularkan ke orang lain.

“Tapi kalau sekarang kitanya diam, virus Corona kan benda mati tapi dia bisa hidup di media seperti selaput lendir mata, hidung, mulut, kita yang jadi media transmisi perpindahan penyebarannya, manusia,” tutupnya. (Red)