Menyimak Kisah Pejuang Di Kadudampit Lewat Bangunan Lama

JABARNEWS | SUKABUMI – Siapa sangka di sudut Kabupaten Sukabumi ada sejumlah bangunan rumah peninggalan jaman dulu yang masih terawat rapih. Wilayah yang berada di Barat Laut dari Pusat kota dinamakan kampoeng Tempo Doeloe yang berlokasi di Kampung Cijarian Panday, Desa Cipetir, Kecamatan Kadudampit. Bagaimana kisahnya, berikut dikutip dari Radarsukabumi, Sabtu (7/7/2018).

Dengan perjalanan yang memerlukan waktu sekitar 1 hingga 1,5 Jam dari pusat Kota Sukabumi, sudah bisa sampai ke lokasi. Pada saat di lokasi memang kita seolah bisa kembali pada tahun 1930-an, suasana dan pemandangan bangunan itulah yang disuguhkan oleh “Kampung Tempo Doeloe”. Sedikitnya sembilan rumah mewah di zamannya dengan arsitektur khas jaman Belanda masih terawat rapih yang dihuni turun-temurun.

Namun demikian, tidak hanya rumah mewah yang disuguhkan kepada pengunjung ketika menyambangi Kampeong Tempo Doeloe itu, rentetan bangunan khas jadul itu juga menjadi saksi bisu perjuangan pada masa jaman penjajahan Belanda.

Baca Juga:  Saksikan! Fenomena Antariksa Dua Puncak Hujan Meteor Pada Juli Ini

Hamid (87), salah seorang saksi sejarah Kampeong Tempo Doeloe yang masih ada hingga kini menceritakan sejarah deretan rumah mewah hingga kisah para pejuang yang bersembunyi di kampung itu. Dulu, rumah pertama berarsitektur jadul ini dibangun pada tahun 1925, hingga menyusul rumah lainnya dan sebuah masjid yang masih berdiri kokoh.

“Sebagian rumah-rumah ini dibangun sebelum saya lahir, sekitar 1925. Namun kini sudah mengalami perbaikan karena material bangunan lapuk dimakan usia, kalau masjid dan rumah milik Hj Aisyah, yang saat ini dihuni generasi ke empatnya masih tampak seperti saat pertama dibangun,” cerita Abah Hamid.

Dari cerita yang didapatnya, sekira 1930 para pejuang sempat menjadikan kampung ini sebagai persembunyiannya. Karena memang, lokasi kampung ini tidak terditeksi sama sekali oleh penjajah Belanda. Selai itu, kampung orang kaya pada masanya ini mayoritas bermatapencaharian sebagai pengrajin senjata yang terbuat dari besi.

“Kenapa kampung ini dinamakan Cijarian Panday, karena dulu warga disini hampir seluruhnya memproduksi senjata yang berbahan besi. Seperti golok, pedang, keris dan yang lainnya. Selain itu, para pejuang pada masa penjajahan Belanda ini merasa aman bersembunyi karena setiap tentara Belanda masuk wilayah ini, secara kasat mata hanya melihat hamparan kebun salak. Padahal, hampir disetiap rumah sedikitnya sepuluh pejuang bersembunyi,” tutur pria yang sudah tak memiliki gigi ini.

Baca Juga:  Lebaran, Proyek Tol Jakarta-Cikampek Libur 20 Hari

Persembunyian pejuang ini, masih lanjut Abah Hamid, sempat bocor karena adanya penghianat yang berpihak kepada penjajah hingga berujung pada pembakaran beberapa bangunan. Namun yang lebih disayangkannya, di kampung ini sempat ada sebuah Pondok Pesantren yang kini telah punah karena sepi santri.

“Tapi yang paling Abah ingat, disini pernah ada Pondok Pesantren yang masa pada kejayaannya, menjadi rujukan santri dari berbagai daerah.

Tapi, sekarang sduah tidak ada, bahkan bangunannya pun berubah jadi rumah karena sudah tidak ada lagi santri yang mondok,” cerita Abah seraya mengingat kenangan jaman dulu ini.

Baca Juga:  Ayo! Orang Tua Mulai Lah Bacakan Anak Sebuah Buku

Dirinya meminta, kepada seluruh generasi penerus dan pewaris “Kampeong Tempo Doeloe” ini agar tetap menjaga keaslian dan kelestarian bangunan serta kisah yang pernah terjadi. Karena, hal ini akan menjadi ciri khas dan tempat mengenang kembali para sesepuh pendahulunya.

“Pesan Abah, kepada generasi penerus dan pewarisnya agar tetap menjaga dan merawat kisah dan bangunan-bangunan tua ini. Itu saja,” Tutup Bah Hamid.

Ditempat yang sama, Imas Nurhasanah (47), pemilik rumah jadul terbesar di “Kampeong Tempo Doeloe” itu menceritakan kisahnya menempati rumah yang dia huni bersama anak dan suaminya itu. Menurutnya, dirinya adalah generasi ke empat dari pemilik awal rumah ini.

“Rumah ini, secara turun-temurun diserahkan. Saya, kebetulan menajdi penerus generasi ke empat. Dan hingga ini, seluruh material, arsitektur masih terjaga keasliannya hingga seterusnya diwariskan kepada anak-anaknya,” tukasnya. (Yfi)

Jabarnews | Berita Jawa Barat