Pentingnya Budaya Dalam Dunia Pendidikan

JABARNEWS | PURWAKARTA – Budaya yang membawa pengaruh yang hebat bagi perkembangan mental, sosial dan spiritual serta penguasaan dari sisi kognitif maupun psikomorik.

Budaya juga mampu menjadikan peserta didik menjadi sebuah perilaku berkarakter dan salah satu dari perilaku siswa Indonesia berkarakter adalah berpikir kritis.

Perlunya penguatan pendidikan karakter menjadi syarat harus terus dikembangkan di sekolah, dengan asumsi bahwa penguatan karakter itu sama halnya penguatan budaya.

Hal tersebut, diungkapkan Pegiat Dunia Pendidikan Purwakarta, Isep Suprapto, saat ditemui ditengah-tengah kegiatannya.

“Kegiatan dalam merumuskan pertanyaan, melakukan pembatasan masalah, menguji data-data yang diperoleh, menganalisis berbagai pendapat dan bias, menghindari pertimbangan yang sangat emosional, menghindari penyederhanaan yang berlebihan, mempertimbangkan berbagai interpretasi menjadi faktor penentu siswa berfikir kritis,” ungkap Isep, Kamis (3/10/2019).

Baca Juga:  Revitalisasi Pasar Tanah Baru di Kota Bogor Gunakan Anggaran dari Kemendag

Menurutnya, berpikir kritis dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argumen pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumentasi guru dalam kegiatan pembelajaran.

“Jadi berpikir kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan. Berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui pemberian pembelajaran bermakna,” terangnya.

Baca Juga:  Minim Lapangan Kerja, Warga Subang Pilih Jadi TKI

Pembelajaran bermakna, lanjut dia, merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.

“Ada tiga faktor yang memengaruhi kebermaknaan dalam suatu pembelajaran, yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu,” terangnya.

Ia juga menjelaskan, pembelajaran bermakna merupakan proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses pembelajaan.

Baca Juga:  Dokter Tifa Ngaku Siap Dipecat Hingga Ditodong Pistol Demi Vaksin Merah Putih

Pembelajaran bermakan terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa.

“Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran,” pungkasnya. (Gin)