Warga Protes Aliran Sungai Cimahi Dicemari Tambang Kuarsa

JABARNEWS | SUKABUMI – Limbah dari aktivitas tambang kuarsa di wilayah Kampung Karangtengah, Cibadak kembali diprotes warga. Ini kali, beberapa warga di Kampung Sekarwangi yang mengeluhkan kegiatan pertambangan tersebut. Betapa tidak, sejak pertambangan berdiri dua tahun silam, air sungai yang berada di aliran Sungai Cimahi mengalami pencemaran.

Biasanya, air sungai tersebut bisa digunakan untuk keperluan masyarakat. Kini tak lagi karena kondisi airnya keruh dan berlumpur, sehingga tidak dapat dimanfaatkan warga sekitar untuk keperluan sehari-hari.

Dikutip dari laman Radarsukabumi.com, pencemaran air tersebut diduga akibat adanya perusahaan pertambangan yang bergerak di bidang pasir kuarsa yang menimbulkan keruh dan berlumpurnya aliran Sungai Cimahi.

Baca Juga:  Agar Lulusan SMU/SMK Tak Bingung, Ini Tips Dari Emil

“Kondisi ini sudah terjadi hampir dua tahun lebih, sehingga warga tidak bisa memanfaatkannya untuk keperluan sehari-hari. Terlebih, ketika musim kemarau berlangsung biasanya dimanfaatkan warga untuk mandi dan mencuci baju. Tapi, sekarang tidak bisa digunakan karena berlumpur,” keluh salah seorang Nurhayati (42) warga Kampung Sekarwangi, RT 04, RW 28, Senin (30/7).

Menurutnya, pencemaran tersebut diakibatkan pembuangan air limbah dari pencucian pasir kuarsa yang dibuang ke Sungai Cimahi, sehingga menyebabkan keruh. Biasanya, air keruh terjadi setiap pukul 09,00 sampai sore saat aktivitas pencucian pasir.

Baca Juga:  Begini Cara Mengecat Tembok Dengan Pola Batu Bata

Akibat kejadian tersebut, warga mandi dan mencuci pada malam hari. Sebab, pada malam hari pertambangan tidak beroperasi sehingga air pun tidak terlalu keruh. Ada pula, sebagian warga yang memanfaatkan Sungai Cikolawing yang jaraknya lebih jauh sampai satu kilometer dari pemukiman warga setempat.

“Mau bagaimana lagi, sungai di sini tidak bisa digunakan. Ya, terpaksa banyak warga yang mencuci maupun mandi malam. Tapi, ada pula yang memanfaatkan Sungai Cikolawing untuk sekedar mandi dan cuci baju,” imbuhnya.

Baca Juga:  Resmi Dikukuhkan, IKA PPI Pajagalan Bandung Komitmen Majukan Pesantren

Pencucian tambang kuarsa tersebut sangat merugikan masyarakat sekitar. Terlebih, saat ini tengah musim kemarau, air sumur warga mulai surut. Tentunya, dengan kondisi itu hampir semua warga mengeluh. Hingga, sempat hendak melakukan aksi demo kepada pihak perusahaan.

“Kami sempat mau demo, tapi tidak jadi karena mungkin waktu itu sudah mulai musim hujan air sumur kembali normal. Tapi sekarang, sudah mulai surut lagi hanya bisa untuk minum dan masak,” celotehnya. (Anh)

Jabarnews | Berita Jawa Barat