Dedi Mulyadi : Terlalu Jauh Bandingkan Janji Jokowi dengan Hoaks Ratna Sarumpaet

JABARNEWS | PURWAKARTA – Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan sejumlah netizen sedang membangun sentimen negatif untuk Presiden Joko Widodo. Menurut dia, sentimen itu dibangun untuk mendorong persepsi publik agar mengaitkan janji Jokowi dengan hoaks Ratna Sarumpaet.

Ketua DPD Golkar Jawa Barat tersebut memiliki pandangan bahwa keduanya terlalu jauh untuk dibandingkan. Pasalnya, indikator pemenuhan janji kampanye sangat berbeda dengan penyimpangan perilaku yang dilakukan seseorang dalam hal ini Ratna Sarumpaet.

“Terlalu jauh untuk dibandingkan. Jangankan untuk disamakan, dibandingkan saja gak bisa. Konteks Pak Jokowi itu situasinya belum mencapai target. Sementara Ibu Ratna Sarumpaet jelas sekali menyebarkan kebohongan dan itu diakuinya sendiri,” kata Dedi di Purwakarta. Tepatnya, di kediamannya, Desa Sawah Kulon, Pasawahan, Sabtu (6/10/2018).

Meski tidak menafikan target yang belum tercapai, Dedi mengajak semua pihak mengapresiasi capaian presiden pejawat tersebut. Dia mencontohkan massifnya pembangunan infrastruktur sebagai investasi jangka panjang Indonesia sebagai bangsa.

Baca Juga:  Kerumunan Saat Imlek di Bandung, Kini Kings Mall dan Paskal 23 Square Jadi Sorotan

Kemudian, program pemerataan listrik sampai ke pelosok pedalaman di daerah Papua misalnya. Selain itu, program sertifikasi tanah sebagai penciptaan kedaulatan agraria dan pengendalian stabilitas harga bahan pokok.

Menurut Dedi, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kini memang tengah terjadi. Tetapi, kondisi itu tidak serta merta melambungkan harga bahan pokok di pasaran. Gejolak ekonomi tidak terjadi dan daya beli masyarakat tetap baik.

“Faktor pelemahan rupiah kan bukan di Pak Jokowi. Itu karena iklim ekonomi global. Nah, bisa gak Pak Jokowi disebut sedang berbohong?. Ya, gak bisa, karena itu termasuk target yang belum tercapai, bukan bohong,” ujarnya.

Refleksi Janji Pejabat Publik

Mantan Bupati Purwakarta itu mengajak semua pihak mereflsi janji para pejabat publik. Termasuk dirinya yang pernah memimpin Purwakarta selama dua periode. Begitu pun dengan janji Mantan Gubernur Jawa Barat dua periode Ahmad Heryawan.

Baca Juga:  Herman Surherman Klaim Program Pelayanan Ini Gratis untuk Warga Cianjur, Benarkah?

Nama pria yang akrab disapa Kang Aher itu sempat muncul di internal PKS sebagai bakal cawapres. Akan tetapi terpaksa harus kandas di tangan Ijtimak Ulama I yang meloloskan Habib Syegaf al-Jufri.

Nama terakhir itu pun gagal karena Calon Presiden Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno sebagai pendampingnya.

Berdasarkan keterangan Dedi, Aher pernah menjanjikan pendidikan SMA gratis, Citarum Harum dan satu juta lapangan kerja. Selama 10 tahun menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, janji itu tidak terealisasi.

“Pada akhir 10 tahun itu tercapai atau tidak? Tidak kan. Kemudian apakah Pak Aher bisa disebut berbohong? Ya tidak juga. Pak Aher hanya bisa disebut belum mencapai apa yang dijanjikan,” paparnya.

Suami Anne Ratna Mustika itu berujar bahwa kebohongan sepadan dengan istilah nol besar. Sementara, sebuah janji kampanye selalu ada upaya dan ikhtiar nyata meskipun pada akhirnya ada yang belum mencapai target.

Baca Juga:  Ingin Dapat Token Stimulus Listrik? Begini Caranya

Jika setiap target yang tidak tercapai disebut sebagai kebohongan, Dedi mengatakan seluruh pejabat publik bisa dikatakan pembohong. Hal tersebut menurutnya, sangat tidak relevan.

“Target yang tidak tercapai bukan kebohongan. Jadi, mohonlah itu dibedakan,” katanya

Contoh terakhir dikemukakan oleh Dedi. Pemimpin sekelas Pak Harto yang memimpin Indonesia selama 32 Tahun pun tak luput dari kesulitan memenuhi target. Menurut Dedi, Pak Harto pernah menjanjikan ekonomi Indonesia akan tinggal landas pada Tahun 1998.

Faktanya, di tahun tersebut terjadi krisis ekonomi yang berimbas pada krisis politik. Krisis multi dimensi itu akhirnya menjadi penyebab kelengseran mantan mertua Prabowo Subanto itu dari kursi Presiden RI.

“Ternyata bukan tinggal landas kan tetapi kita malah tetap di landasan. Apakah Pak Harto disebut pembohong? Tidak. Sekali lagi, targetnya tidak tercapai,” ujarnya. [jar]

Jabarnews | Berita Jawa Barat