Dispangtan Purwakarta: Potensi Teh Mampu Bersaing di Mancanegara

JABARNEWS | PURWAKARTA – Teh merupakan komoditas primadona Purwakarta, selain buah manggis. Teh Purwakarta merupakan hasil alam dan unggulan khas Purwakarta yang mulai dilirik pasar luar negeri, seperti pasar Asia dan Eropa.

Menurut Kepala Bidang Perkebunan dan Holtikultura Dispangtan Purwakarta, Hadi, bahwa potensi Teh Purwakarta bisa bersaing dengan produk teh dalam negeri maupun luar negeri karena memiliki rasa dan ciri khas yang berbeda.

Dikatakannya, dengan jumlah luas perkebunan teh 9.527 hektare, yang berada di wilayah Kiarapedes, Wanayasa, Bojong dan Darangdan. Pihaknya akan terus mendorong serta membantu para petani.

Baca Juga:  Pemkot Depok Siapkan Rp62,2 Miliar untuk THR PNS dan PPPK, Ini Tanggal Pencairannya?

“Harga kemasan untuk produksi teh gelang, white tea, green tea serta powder tea ternyata cukup terjangkau, dari mulai Rp50 ribu hingga Rp100 ribu,” jelasnya saat dikonfirmasi wartawan, Senin (13/1/2020).

Terpisah, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Desa Sindangpanon Kecamatan Bojong Apud Suardie mengatakan produk olahan yang jadi incaran adalah produk white tea.

“Dari Korea, India dan Belanda yang sudah ada ketertarikan white tea asal Purwakarta,” ungkap Apud.

Baca Juga:  Uu Ruzhanul Ulum Minta Masyarakat Ikut Tindak Tawuran Pelajar

Produk yang dikembangkan ternyata bukan hanya white tea, tetapi ada jenis green tea dan teh gelang. Kreatifitas yang dibangunnya sejak 2014 ternyata memberikan hasil.

Meskipun begitu, Apud berharap ada stimulan dari pemerintah terutama dalam hal packaging dan alat produksi. Menurutnya, untuk memenuhi pasar luar negeri, harus dengan produksi yang banyak untuk sekali pengiriman.

“Apalagi untuk memenuhi pasar luar negeri dibutuhkan kualitas teh yang baik, sehingga bersama Dinas Pertanian dan Pangan Purwakarta pihaknya terus gencar mensosialisasikan tanam teh secara organik,” imbuhnya.

Baca Juga:  Begal Payudara Makin Meresahkan, Kali Ini Warga Subang Diresahkan

Bukan hanya bisa memasarkan teh hingga pasar luar negeri, lanjut dia, pihaknya ingin menjadikan Desa Sindangpanon sebagai daerah Desa Teh.

“Untuk menjadikan bisa diolah sendiri, tampaknya tidak semudah membalikan tangan. Banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari pola pikir petani teh yang masih belum terbuka hingga sikap pesimis dari beberapa petani teh,” jelasnya. (Gin)