Ini Penjelasan Kepala Balai Terkait Demo Di Wyata Guna

JABARNEWS | BANDUNG – Kepala Balai Wyata Guna Bandung, Sudarsono mengatakan, mahasiswa penyandang disabilitas yang menolak diterminasi (pengakhiran) dan dipulangkan menghambat proses penerimaan peserta rehabilitasi baru.

Pasalnya, lanjut dia, di semester 1 tahun 2020 akan ada penambahan penghuni disabilitas di Wyata Guna Bandung untuk mendapatkan rehabilitasi dan vokasi. Saat ini, proses penerimaan sudah dibuka dan ada beberapa orang yang sudah diterima.

Oleh karena itu, perlu adanya penataan terhadap asrama untuk penempatan kembali. Sudarsono menyebut, target di tahun 2020 ini sekitar 200 penghuni baru, sehingga mahasiswa yang bertahan walau masa rehabnya telah berakhir akan menghampat proses penerimaan.

Baca Juga:  Tak Mampu Beli Susu, Bayi Ini Hanya Diberi Kopi

“Bayangkan ada orang baru yang mau melakukan latihan terganjal gara-gara mereka yang gak mau keluar. Nah, ini yang kami coba usahakan,” kata Sudarsono kepada jabarnews.com di Balai Wyata Guna Bandung, Selasa (14/1/2020).

Dia mengungkapkan, dalam proses diterminasi para mahasiswa, pihaknya mempertimbangkan terkait laporan pendidikannya. Namun, saat diminta mahasiswa tersebut tidak memberikan bukti laporan pendidikan.

“Mereka tidak ngasih (laporan pendidikan), kami turunkan pekerja sosial keseluruh tempat dimana dia kuliah. Saya kirim surat formalnya ke perguruan tinggi minta laporan pendidikan karena kita ingin tahu. Begitu kita mendapat informasi ada yang tidak kuliah selama 3 semester,” jelasnya.

Mungkin, kata Sudarsono, ada oknum mahasiswa yang sengaja memprovokasi penghuni yang lain dengan menyebut ada intimidasi dan penelantaran yang dilakukan pihak Wyata Guna. Menurutnya, hal tersebut terjadi karena kenyamanan mereka terhadap fasilitas yang diberikan.

Baca Juga:  Anak Kedua Lebih Nakal Dari Anak Pertama, Ini Fakta Menariknya

“Sudah tidak mau kuliah, dia memprovokasi temen-temennya seolah-olah dia diintimidasi. Dia bukan PM (Penerima Manfaat) lagi, kalaupun mereka tidak dilayani ya bukan persoalan kami kan sudah habis masa layanannya,” ucapnya.

Bahkan, oknum tersebut tidak segan melaporkan ke media, Komnas HAM dan lain-lain bahwa dirinya diintimidasi. Padahal, apa yang dilaporkan mereka tidak benar dan pihaknya sudah melakukan sesuai dengan prosedur yang ada di Balai Wyata Guna.

Baca Juga:  Handuk dan Tumbler Bambu Hasil Produk Pesantren Jabar Laris Manis di Ajang MotoGP Mandalika

“Jadi jangan dipelintir informasi ini, pasti di media informasi yang di angun kami sangat jahat, tidak berprikemanusiaan,” tegasnya.

Kendati demikian, Sudarsono tetap melakukan komunikasi secara persuasif dalam memberikan pemahaman terkait peraturan dan proses diterminasi.

“Kami tetap dorong itu, kami tetap melakukan secara persuasif, kami tetap memberikan pelayanan yang sejatinya, kalau mereka mengatakan kita dizalim sesungguhnya dia yang dzalim terhadap temen-temennya,” pungkasnya.

Sebagai informasi, saat ini peserta yang diterima berasal dari 10 provinsi wilayah jangkauan balai dan saat proses pengamaan terhambat karena ada 13 mahasiswa yang menolak diterminasi dan dipulangkan ke orang tuanya. (RNU)