Pekan Depan, Dinkes Kota Bandung Bakal Tes Antigen Siswa dan PTK yang Laksanakan PTM

JABARNEWS | BANDUNG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung akan melakukan uji swab dan rapid test antigen secara acak kepada peserta didik dan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada pekan depan.

“Jadi ini adalah program Kemenkes, di Jawa Barat ada dua daerah percontohan Kota Bogor dan Kota Bandung. Aturannya yang harus diperiksa 10 persen dari Sekolah yang sudah melaksanakan PTM,” kata Kepala Dinkes Kota Bandung dr Ahyani Raksanagara pada Program Bandung Menjawab di Auditorium Rosada, Balai Kota Bandung, Selasa 5 Oktober 2021.

Baca Juga:  46 Warga Keracunan, Diantaranya KPPS

Ahyani Raksanagara menjelaskan, dari 10 persen tersebut, harus menggambarkan situasi kota atau dari perwakilan semua wilayah yang dipilih Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung. Tiap Sekolah diambil 30 sasaran terdiri dari siswa dan PTK.

Baca Juga: Paparkan Tiga Skenario Pemulihan Ekonomi, Uu Ruzhanul Ulum Dorong Pembangunan Jabar Selatan Melalui Pertanian

“Kami baru mendapatkan datanya dari Disdik, karena yang memilih sekolahnya Disdik secara random. Kami akan berkoordinasin untuk jadwalnya. Semoga minggu depan bisa dimulai,” ucapnya.

“Tim Rapid-nya dari Dinkes dan Puskesmas setempat. Kami sudah siapkan alat rapid antigennya, tinggal tunggu jadwal dan pemberitahuan ke sekolah dan sosialisasi ke orang tua siswa,” lanjutnya.

Baca Juga:  Pandemi Covid-19, Sumatera Utara Larang Perayaan Malam Tahun Baru

Menurut Ahyani Raksanagara, akan ada perlakuan yang berbeda jika ditemukan hasil positif saat test acak tersebut. Jika di bawah satu persen yang positif, cukup anak yang positif yang ditangani dan dikarantina. Kemudian dilacak keluarga terdekatnya.

Baca Juga: Oplos Obat Batuk dan Minuman Enerdi dengan Alkohol, Empat Anak Muda di Tasikmalaya Tewas

“Kalau 1-5 persen, maka pelacakan akan dilakukan tidak ke si anak saja, tapi rombongan belajar anak tersebut bersama dengan teman-temannya. Jadi lebih luas,” tuturnya.

Baca Juga:  Ini Kronologi Tewasnya Seorang Pemuda yang Jatuh ke Jurang di Sukabumi, Polisi Lakukan Penyelidikan

Sedangkan jika di atas 5 persen, Ahyani Raksanagara menyampaikan, maka pelacakan akan semakin luas. Sekolah harus menghentikan terlebhi dahulu dulu kegiatannya sampai selesai memetakan pelacakan sumbernya.

“Hati-hati juga penyebutan bisa saja bukan klaster sekolah, tetapi bisa saja dari rumah ke sekolah. Kalau lihat dari 1.600an sekolah yang buka, 10 persennya 160 sekolah, dan sekolah masing-masing 30 orang berarti sekitar 4.800 yang akan dites,” tandasnya. (Red)