Reptiler Purwakarta Minta Masyarakat Waspadai Teror Ular Masuk Ke Permukiman

JABARNEWS | PURWAKARTA – Memasuki musim penghujan seperti saat ini terjadi di sebagian besar wilayah Kabupaten Purwakarta, menjadi siklus kelahiran bayi-bayi ular.

Masih ingat berita-berita penemuan anakan ular pada tahun lalu di Kabupaten Purwakarta? Peristiwa itu bisa terulang karena Indonesia sudah memasuki musim penghujan, saat telur-telur ular menetas.

Ketua Komunitas Natrix Reptiler Indonesia Regional Purwakarta, Raynanada Gumilang, mengkhawatirkan akan banyak bayi-bayi kobra yang lahir di tengah permukiman warga di Kabupaten Purwakarta, seperti yang terjadi pada tahun kemarin.

“Sekitar November hingga Desember menjadi waktu musim telur ular menetas karena proses siklus biologi alami hewan jenis reptil itu,” ucap pria yang akrab disapa Ray itu, pada Senin (7/12/2020).

Menurutnya, hal itu terjadi karena induk kobra menaruh telur di sekitar hunian manusia sekitar Agustus hingga September setelah musim kawin.

Baca Juga:  Nekat Sekali! Ngaku Jadi Anggota Polisi, Dua Penjual Aksesoris di Tangkuban Parahu Dibekuk

“Seperti tahun lalu banyak ditemukan bayi-bayi ular kobra di sekitar hunian warga. Induknya diperkirakan meninggalkan telur-telur ular sekitar Agustus hingga September setelah musim kawin. Karena Induk ular tidak mengerami telurnya,” imbuh Ray.

Ray menambahkan, ular itu merupakan satwa liar yang habitatnya dekat dengan manusia. Mereka mendapatkan makanan di sekitar rumah warga.

“Induk ular secara insting akan menaruh telurnya di lokasi yang banyak makanan ular untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya nanti,” jelas Ray.

Seperti yang diketahui, tambah dia, makanan atau mangsa ular itu seperti cacing, jangkrik, kadal, kodok, tikus, hingga burung, terhitung masih banyak di sekitar rumah. Keberadaan mangsa bisa mengundang ular untuk hadir di sekitar perumahan warga.

“Mangsa-mangsa ini akan mengundang ular hadir di sekitar tempat tinggal warga dan jika ada area yang nyaman, ular akan berkembang biak,” jelasnya.

Baca Juga:  Yuk, Ke Festival Jagakali International Art Festival Di Cirebon

Ray menuturkan ular adalah satwa yang mampu beradaptasi cepat dengan lingkungan baru termasuk pembangunan kawasan yang awalnya adalah habitat mereka. Meskipun tergusur, ular dapat bertahan hidup di sela sela pondasi dan rumah warga.

“Sifat ular yang soliter alias hidup sendiri, bukan berkelompok sehingga sulit mengetahui keberadaan saat yang satu ini. Namun demikian, jika ada temuan satu ekor ular, tidak berarti ada kawanannya di sekitar mereka. Ular sangat pintar bersembunyi,” katanya.

Dijelaskan Ray, Ular juga bersifat nomaden atau berpindah pindah. Jikalau ditemukan lubang tetasan telur ular, itu adalah tempat induk ular menaruh telurnya dan ditinggal. Induk ular tidak mengerami telur ular.

“Saat ini predator alami ular semakin menipis jumlahnya sehingga tidak ada kontrol populasi ular secara alami di alam,” ungkapnya.

Baca Juga:  Penjelasan Polisi Soal Tewasnya Bocah 12 Tahun di Depok, Diduga Korban Kekerasan

Untuk itu, Ray menyarankan agar di masa telur-telur ular menetas sekarang ini, masyarakat untuk membersihkan pekarangan rumah. Jika terdapat area yang tidak pernah dibersihkan akan memberikan lokasi nyaman bagi ular untuk berkembang biak dan ketersediaan makanan melimpah.

“Sudut-sudut gelap dan liar ini adalah tempat yang dicari oleh induk ular meletakkan telurnya dan ditinggal. Oleh karena itu bersihkan rutin area yang rimbun dan tidak tersentuh,” ujarnya.

Selain itu, lakukan potong rumput dengan menggelar kerja bakti warga agar ular bergeser keluar kawasan. Jika beruntung ditemukan telur ular untuk dipindahkan, jangan dimusnahkan.

“Pasang jebakan tikus, kurangi dan hilangkan tikus di dalam rumah dan di area yang tak terawat. Bau tikus mengundang ular datang,” sarannya.

Penulis: Gigin Ginanjar